Diplomasi Tipu daya adalah sebutan yang pada masanya lebih melekat kepada diplomasi yang dipraktekkan oleh para negarawan Byzantium (Romawi Timur). Diplomasi tipu daya akhirnya menjadi karakteristik utama diplomasi Byzantium. Praktek diplomasi tipu daya dijalankan Byzantium karena harus menghindari upaya negara-negara lain yang lebih kuat, misalnya Persia, agar tidak menguasainya. Dalam perkembangan mutakhir, diplomasi tipu daya dijalankan oleh semua negara dengan kadar tertentu atau modus operandi tertentu untuk mencapai kepentingan nasional sebuah bangsa. Satu adagium pernah muncul dengan mengatakan bahwa “a diplomat is an honest man sent abroad to lie for his country” (seorang diplomat adalah orang jujur yang dikirim ke luar negeri untuk berbohong bagi negaranya). Paul Findley menyebut diplomasi tipu daya yang dilakukan oleh Yahudi Israel dengan sebutan Diplomasi Munafik, yaitu demi memperoleh simpati dunia seolah-olah mereka menginginkan perdamaian dengan Palestina, tetapi begitu sampai pada keharusan pelaksanaan perjanjian, tidak satupun yang mereka tepati. Lihat saja kesepakatan seperti Oslo Accord, Wey River, sampai pada Road Map, tidak satupun yang dilaksanakan. Kasus yang sangat baru adalah ketika Duta Besar Amerika Serikat untuk Irak bertemu dengan Presiden Saddam Hussein sebelum ada invasi Irak ke Kuwait. Ada kesan bahwa Saddam Hussein dijebak untuk menyerang Kuwait agar ada alasan bagi Amerika untuk mengurangi kekuatan militer Irak yang merupakan ancaman terbesar bagi Israel saat itu. Bahkan sesungguhnya diplomasi tipudaya dijalankan oleh Amerika dan anteknya Inggris dengan menyebarkan kabar bohong bahwa Irak mempunyai WMD (Weapons of Mass Destruction) yang dengan alasan itu Amerika menggalang opini dunia agar mendukung rencana invasi ke Irak. Setelah sekian lama barulah Amerika dan Inggris mengakui tidak menemukan apa yang mereka gunakan sebagai alasan menyerang Irak. Namun dunia, terutama negara-negara Barat yang dikenal sebagai penghormat hak azasi, kemerdekaan, hak menentukan nasib sendiri, bungkam terhadap agresi telanjang yang dilakukan AS. Bahkan umumnya mereka ikut menjarah Irak dengan mengirim pasukan, baik tempur maupun sekedar pendukung. Jepang, misalnya, ikut terlibat di Irak sebagai penyuplai bahan bakar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H