Mohon tunggu...
Politik

Ancaman Terhadap Proses Perdamaian

14 Januari 2011   10:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:36 682
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Konflik yang terjadi baik intrastate ataupun interstate disebabkan karena adanya pertentangan yang terjadi di antara kelompok-kelompok kepentingan. Hal ini dikarenakan konflik adalah aspek interistik dan tidak mungkin dihindarkan dalam perubahan sosial. Konflik merupakan sebuah ekspresi heterogenitas kepentingan dan keyakinan yang muncul sebagai sebuah fenomena yang ditimbulkan oleh perubahan sosial yang muncul bertentangan dengan hambatan yang diwariskan, dimana kebiasaan khas dalam konflik adalah memberikan prioritas yang tinggi guna mempertahankan kepentingan pihak sendiri. Konflik intrastate disebabkan karena adanya persaingan dalam perekonomian, persaingan persenjataan, persaingan kewilayahan. Sedangkan konfik interstate lebih banyak disebabkan oleh adanya konflik vertikal yaitu antara rakyat dengan pemerintah yang disebabkan oleh adanya suatu kebijakan yang dianggap tidak memihak kepentingan rakyat. Sebagai contoh demonstrasi yang terjadi di Bolivia, yang dikenal dengan Gas War, sebagai akibat kebijakan pemerintah meliberalkan pengolahann minyak kepada perusahaan asing namun dengan pembagian hasil yang tidak seimbang yaitu 82:18, belum lagi kebijakan perekonomian lain yang berdampak langsung maupun tidak langsung. Konfik horizontal pun seringkali terjadi pada suatu negara, terutama yang melibatkan konflik etnis ataupun terhadap suatu kepercayaan keagamaan. Ambil contoh yang terjadi di Indonesia, konflik maluku dan konflik di kalimantan, belum lagi yang terjadi di NTT.

Namun kondisi perdamaian yang terjadi dalam serta merta dapat terancam, oleh ancaman yang berasal dari luar maupun didalam negeri. Ancaman eksternal dapat berasal dari negara lain dalam bentuk ancaman secara nyata, kebijakan yang menjurus kepada ancaman terhadap perdamaian itu sendiri. Hal ini seperti yang dilakukan oleh Israel terhadap Palestina, pada setiap perjanjian perdamaian antar kedua belah pihak, selalu terdapat celah bagi Israel untuk melancarkan serangan terhadap wilayah-wilayah yang dianggap memiliki potensi perlawanan terhadap negara itu, sehingga muncul gerakan intifadah, hal ini seolah-olah menggambarkan bahwa yang tidak kooperatif dan konsisten terhadap perjanjian damai yang dilakukan oleh kedua belah pihak adalah Palestina dengan fraksi-fraksi yang terdapat didalamnya. Ancaman eksternal lain dapat pula berasal dari aktor non-negara, seperti organisasi teroris jaringan internasional. Seperti yang terjadi di Filipina Selatan antara MNLF dan Pemerintah Filipina.

Selain faktor eksternal, faktor internal pun juga menjadi penyebab utama terancamnya proses perdamaian yang sedang berjalan. Hal ini disebabkan oleh adanya kebijakan yang bertentangan antar fraksi dalam pemerintahan yaitu Eksekutif dan Legislatif, terjadinya perubahan kepemimpinan baik dalam pemerintahan ataupun dalam tubuh kelompok yang bertikai. Indonesia pada masa kepemimpinan Soeharto pada kasus Timor Timur, Xanan Gusmao yang sudah tertangkap mau untuk bekerjasama dengan Pemerintahan dalam membangun Timor Timur dalam kesatuan NKRI, namun pergolakan politik dalam negeri yang menyebabkan lengsernya Soeharto sebagai Presiden RI dan digantikan oleh Habibie, tentu saja proses perdamaian yang dipaksakan tadi memiliki polemik dalam menimbulkan permasalahan baru, apalagi dengan terjadinya peristiwa Santa Cruz dan gencarnya desakan internasional untuk penyelesaian permasalahan Timor Timur. Contoh lain terjadi pada adanya perubahan kepemimpinan dalam tubuh MNLF sebagai akibat kematian Abu Hashim yang menyebabkan terpecahnya persatuan dalam gerakan perjuangan kemerdekaan bangsa moro di Filipina selatan, dimana terdapat kelompok kelompok baru yang mengatasnamakan perjuangan bangsa moro dalam mendapatkan kemerdekaan dari Filipina, aksi kelompok-kelompok ini tidak menjadikan mereka lebih kuat ataupun melemahkan tekanan pemerintah Filipina terhadap mereka, bahkan menjadikan landasan kuat bagi pemerintah Filipina baik pada masa pemerintahan Ferdinand Marcos sampai kepada Macapagal Arroyo untuk melakukan tekanan militer pada kubu-kubu pertahanan kelompok ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun