Mohon tunggu...
Muhammad Ramdan Shalihudin
Muhammad Ramdan Shalihudin Mohon Tunggu... -

Seorang pembelajar yang mencoba tuk terus memahami makna hidup dan makna kebenaran yang hakiki.

Selanjutnya

Tutup

Politik

“Kutu Loncat”, Kebanyakan Tabiat Para Pemimpin Kita Saat Ini

25 Februari 2014   18:02 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:29 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Mari kita bedakan antara karakter dan tabiat. Karakter adalah sifat baik dan tabiat adalah sifat jelek. Sehingga tidak bisa disamakan antara keduanya. Tulisan ini dibuat atas dasar keresahan melihat elit-elit Negeri ini yang sepertinya bukan lagi ingin “meluruskan sejarah Bangsa” tapi lebih ke arah “ambisi menghabisi Bangsa”.

Seharusnya generasi yang saat ini sudah tidak lagi mempunyai slogan untuk menjadi “generasi penerus Bangsa”, melainkan generasi “pelurus sejarah Bangsa”. Karna berbeda makna, “generasi penerus Bangsa” akan senantiasa meneruskan kejelekan-kejelekan pendahulunya baik itu korupsi, kolusi, nepotisme, tindak kriminal, dsb. Berbeda dengan “generasi pelurus sejarah Bangsa”, mempunyai misi mulia untuk meluruskan sejarah Nusantara indonesia ini. Karena sejarah saat ini telah banyak ditulis oleh orang-orang yang memenangkan arena kekuasaan Bangsa ini.

Berbicara Kekuasaan berarti berbicara Pemimpinnya. Seiring berjalannya waktu, Bangsa ini semakin banyak orang-orang yang pintar. Baik mempunyai latar belakang pendidikan S1, S2, S3, bahkan professor sekaligus. Namun, entah mengapa semakin banyak orang-orang pintar yang “ngakalin” sesuatu untuk kepentingan pribadi ataupun golongannya. Sehingga, dari era Bung Karno hingga sekarangyang seharusnya semakin berkurang tingkat “kriminalitas” di Negeri ini, kok makin bertambah? Ternyata ada satu faktor disamping pintar tadi yang kebanyakan belum terealisasi, yaitu “Mengerti”.

Pemimpin yang “mengerti” akan amanah yang didapatkannya tidak akan mungkin dengan serta merta meninggalkan amanahnya hanya untuk mengejar kepentingan sesaatnya. Ibarat “Kutu Loncat”, menghisap darah di satu kucing yang gak pandang apakah kucingnya gemuk ato nggak, setelah terancam pindah ke kucing yang lain. Apa bedanya kalo gitu antara pemimpin yang baru aja sebentar menjabat udah mau mendapatkan jabatan yang lebih tinggi lagi dengan kutu loncat tadi? Yang beda adalah wujudnya, namun “tabiatnya” sama, sama-sama “parasit”.

Lihatlah sekarang ini, baru saja menjadi Kepala Desa ingin menjadi Aleg, setelah jadi ingin jadi Walikota/Bupati, dari Walikota/Bupati sudah ingin menjadi Gubernur, eh setelah Gubernur ingin jadi Presiden karena faktor elektabilitas yang tinggi dan media yang entah mengapa seperti yang sudah tidak lagi “objektif” dalam pemberitaan karena faktor “komersil” yang menjadi orientasi. Padahal kerjanya belum juga membuahkan prestasi. Pejabat Negarapun tidak mau ketinggalan ritme, dengan alasan untuk fokus terhadap kepentingan “pencapresan”, mundur dari jabatannya padahal waktu menjabat tinggal sebentar lagi sedangkan permasalahan yang dihadapi sedang begitu peliknya yang bisa jadi menjerat ke dalam ranah tipikor. Seekor “kutu loncat”pun akan segera pindah ke kucing lain apabila sudah terancam atau sudah tidak betah lagi, ya begitulah “kutu loncat”.

Teringat sebuah pepatah: “Apabila Suatu Negara dipimpin oleh orang yang bukan ahlinya, tunggulah Kehancurannya”. Bukankah Negeri ini sudah banyak sekali diingatkan dengan berbagai macam kode unik dari alam, tapi tak pernah dihiraukan oleh elit-elit yang sedang mengelola Negeri ini. Sehingga “kepintaran” kita seharusnya digunakan untuk bisa “mengerti” bukan malah “mengakali” setiap momentum untuk kepentingan/keuntungan pribadinya masing-masing.

Salam Perjuangan, Merdeka!!!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun