Mohon tunggu...
Seniya
Seniya Mohon Tunggu... Ilmuwan - .

Tulisan dariku ini mencoba mengabadikan, mungkin akan dilupakan atau untuk dikenang....

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kosmologi Buddhis (bagian 1)

25 Februari 2010   13:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:44 5871
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Manusia selalu memiliki rasa ingin tahu dengan kondisi alam sekitarnya. Ketika kita memandang ke atas langit, kita mungkin bertanya-tanya seberapa luas alam semesta, berapakah umurnya, dan bagaimana awal dan akhirnya. Semua rasa ingin tahu yang mengarah pada pertanyaan-pertanyaan ini menimbulkan apa yang disebut bidang ilmu kosmologi saat ini. Bidang ilmu ini dulunya merupakan kajian agama yang berupaya mencari jawaban atas asal-usul alam semesta, manusia, dan Tuhan, yang kemudian melahirkan filsafat alam semesta yang lebih bersifat metafisika sebelum akhirnya berkembang menjadi kosmologi modern yang menggabungkan observasi dan pendekatan matematis untuk menjelaskan alam semesta secara menyeluruh.

Kosmologi Buddhis merupakan penjelasan atas struktur dan keadaan alam semesta berdasarkan berbagai sutta/sutra (kotbah Sang Buddha). Dalam berbagai sutta Buddha menjelaskan berbagai kondisi alam kehidupan, pada sutta lainnya Buddha menggambarkan awal mula kemunculan manusia di bumi. Gambaran alam semesta menurut agama Buddha tidak boleh dipahami secara harfiah dan mungkin tidak dapat diuji dengan percobaan ilmiah. Ia bisa saja tidak sesuai dengan fakta astronomi yang telah ditemukan saat ini. Ia hanya bisa diamati melalui meditasi karena kosmologi Buddhis merupakan struktur alam semesta yang diamati oleh mata batin (dibbacakkhu) seorang Buddha dan orang-orang yang telah melatih pikiran mereka sampai pada tingkat pemusatan pikiran tertentu.

Luas Alam Semesta

Dalam Ananda Vagga, Anguttara Nikaya, Sang Buddha menjelaskan kepada Ananda tentang luasnya alam semesta sebagai berikut:

“Ananda, apakah kau pernah mendengar tentang seribu Culanika lokadhatu (tata surya kecil)?”

“Ananda, sejauh matahari dan bulan berotasi pada garis orbitnya, dan sejauh pancaran sinar matahari dan bulan di angkasa, sejauh itulah luas seribu tata surya. Di dalam seribu tata surya terdapat seribu matahari, seribu bulan, seribu gunung Sineru, seribu Jambudipa, seribu Aparayojana, seribu Uttarakuru, seribu Pubbavideha, empat ribu maha samudera, empat ribu maharaja, seribu Catummaharajika, seribu Tavatimsa, seribu Yama, seribu Tusita, seribu Nimmanarati,seribu Paranimmitavassavati, dan seribu alam Brahma. Inilah Ananda, yang dianamakan seribu tata surya kecil  (Sahasi culanika lokadhatu). Ananda, seribu kali Sahasi culanika lokadhatu dinamakan Dvisahassa majjhimanika lokadhatu, seribu kali Dvisahassa majjhimanika lokadhatu dinamakan Tisahassi Mahasahassi lokadhatu. Ananda, bilamana Sang Tathagata (sebutan yang digunakan Buddha untuk menunjuk pada diri-Nya sendiri) mau, maka Ia dapat memperdengarkan suara-Nya sampai terdengar di Tisahassi Mahasahassi lokadhatu ataupun melebihi itu lagi.”

Di sini Buddha menjelaskan terdapat sistem tata surya yang disebut seribu tata surya di mana terdapat seribu matahari, seribu bulan, dan seribu bumi di mana dapat ditemukan gunung Sineru sebagai pusat bumi, Jambudipa (benua di sebelah selatan), Aparayojana (benua di sebelah barat), Uttarakuru (benua di sebelah utara), dan Pubbavideha (benua di sebelah timur) dengan empat maha samudera yang mengelilingnya. Di masing-masing benua terdapat penguasanya masing-masing sehingga dikatakan terdapat empat ribu maharaja dalam seribu tata surya tersebut. Selanjutnya dalam seribu tata surya terdapat seribu alam surga yang diliputi nafsu inderawi (alam Catummaharajika, Tavatimsa, Yama, Tusita, Nimmnarati, Paranimmitavassavati) dan seribu alam surga yang tidak diliputi nafsu inderawi (alam Brahma).

Tentu saja alam semesta lebih luas dari sekedar seribu tata surya karena Buddha menyebut sampai adanya 1.000 x 1.000 x 1.000 = 1.000.000.000 tata surya bahkan melebihi itu lagi di mana suara seorang Buddha dapat diperdengarkan melebihi jangkauan semilyar tata surya.

Dari penjelasan ini kita dapat mengatakan bahwa kemungkinan terdapat kehidupan lain di alam semesta selain kehidupan manusia di bumi kita ini. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan bahwa terdapat empat ribu maharaja di seribu bumi dalam seribu tata surya, yang menggambarkan bahwa masing-masing bumi (atau lebih tepat disebut planet yang memiliki kehidupan) dalam seribu tata surya tersebut memiliki makhluk hidup yang dipimpin oleh para pemimpin mereka masing-masing. Kemungkinan kisah-kisah alien dan UFO yang beredar selama ini juga tersisip suatu kebenaran.

Struktur Alam Semesta Lainnya

Sutra lain yang banyak menggambarkan alam semesta adalah Avatamsaka Sutra yang berbahasa Sanskerta. Berikut ini terdapat beberapa kutipan Avatamsaka Sutra bab 4 yang berkaitan dengan kosmologi Buddhis:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun