'Sekarang apakah kata-kata para petapa dan brahmana itu benar atau salah, biarlah aku mengandaikan bahwa tidak ada dunia lain, tetap saja orang yang menganut pandangan ada dunia lain ini di sini dan saat ini dipuji oleh para bijaksana sebagai seorang yang bermoral, seorang dengan pandangan benar yang menganut ajaran penegasan keberadaan dunia lain. Dan di pihak lain, jika ternyata ada dunia lain, maka orang ini telah melakukan lemparan yang beruntung pada kedua sisi: ia dipuji oleh para bijaksana di sini dan saat ini, dan ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, ia akan muncul kembali di alam berbahagia, bahkan di alam surga. Ia telah secara benar menerima dan menjalankan ajaran yang tidak dapat dibantah ini sedemikian sehingga mencakup kedua sisi dan tidak mencakup alternatif yang tidak bermanfaat'."
Jadi, kalaupun surga dan neraka itu benar-benar tidak ada atau hanya dongeng semata, orang-orang yang tidak meyakini keberadaannya akan menjalankan kehidupan yang salah melalui perbuatan, ucapan, dan pikiran yang keliru karena pandangan salahnya sehingga dicela sebagai orang yang tidak bermoral dan berpandangan keliru. Sebaliknya, mereka yang meyakini keberadaan alam-alam lain akan menjalani kehidupan yang benar melalui tindak-tanduknya yang tidak keliru sehingga dipuji sebagai orang yang bermoral dan berpandangan benar. Jika alam berikutnya setelah kehidupan ini benar-benar ada, maka orang yang tidak meyakini keberadaan alam lain ini telah melakukan taruhan yang tidak beruntung di dunia ini dan di dunia berikutnya.
Penutup
Walaupun sains dengan metode ilmiahnya bermanfaat bagi kehidupan manusia dan dapat memecahkan berbagai pertanyaan kehidupan, namun tidak selamanya sains itu bermanfaat bagi kehidupan spiritual. Dalam hal ini, penulis tidak bermaksud mengatakan bahwa sains dan ajaran Buddha bertolak belakang sama sekali, namun ada ranah-ranah tertentu yang tidak dicakup oleh salah satu dari keduanya karena perbedaan tujuan yang ingin dicapai oleh keduanya. Misalnya ajaran Buddha tidak mengajarkan bagaimana asal usul kehidupan di dunia ini karena tidak bermanfaat bagi kehidupan spiritual yang bertujuan mencapai kedamaian batin yang sejati, sedangkan sains tidak dapat mengungkapkan bagaimana proses kerja pikiran atau batin untuk mencapai kedamaian sejati.
Jadi, apa pun kata para ilmuwan tentang keberadaan kehidupan setelah kematian, biarlah kita yang meyakininya tetap menjalankan kehidupan yang benar melalui perbuatan, ucapan, dan pikiran yang benar karena dengan itu saja kita telah memperoleh manfaat di dunia ini (dengan asumsi terburuk bahwa dunia lain tidak ada!). Ingatlah, di dunia ini hanya kebajikan dan kebenaran yang dipuji para bijaksana, bukan keburukan dan kesalahan.
Sumber:
1. Digha Nikaya: Kotbah-Kotbah Panjang Sang Buddha oleh Maurice Walshe (trans), Dhammacitta Press.
2. Majjhima Nikaya bagian 2: Lima Puluh Kotbah Menengah Sang Buddha Kedua, http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=17773.0
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H