Mohon tunggu...
Seniya
Seniya Mohon Tunggu... Ilmuwan - .

Tulisan dariku ini mencoba mengabadikan, mungkin akan dilupakan atau untuk dikenang....

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Laki-laki yang Merisaukan Langit

9 Maret 2010   13:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:31 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada zaman dahulu terdapat seorang laki-laki di negeri Ch'i yang khawatir bahwa suatu hari langit akan runtuh dan dia tidak tahu di mana akan bersembunyi. Hal ini sangat merisaukannya sehingga dia tidak dapat makan dan tidur. Kemudian ada seorang laki-laki lain yang merisaukan kekhawatiran laki-laki tersebut dan berusaha untuk menjelaskan perihal langit tersebut dan berkata:

"Langit hanya terbentuk dari udara yang terkumpul. Tidak ada tempat di dunia ini yang tanpa udara. Di mana pun engkau berada atau bernapas, engkau hidup tepat pada langit ini, Mengapa engkau harus merisaukan langit akan jatuh dan menimpamu?"

"Matahari, bulan dan bintang juga hanya terbuat dari gas (ch'i)[1] yang bercahaya. Maka jika pun mereka berjatuhan ke bumi, mereka tidak akan menyakitkan siapa pun," lanjut kawan sang laki-laki tersebut.

"Tetapi bagaimana jika bumi hancur?" tanyanya.

"Bumi juga terbentuk dari akumulasi zat padat yang juga memenuhi seluruh ruangan. Di mana pun engkau berjalan dan menapak bumi, engkau bergerak di atas bumi ini. Mengapa engkau merisaukan bumi akan hancur?"

Laki-laki yang risau tersebut akhirnya puas dengan penjelasan temannya dan menerima penjelasan tersebut.

Ketika Ch'ang Lu Tse mendengar hal ini, dia tertawa dan berkata, "Apakah pelangi, awan, embun, angin, dan hujan serta keempat musim tidak terbentuk dari kumpulan udara? Apakah gunung-gunung dan tebing-tebing karang tidak terbentuk dari akumulasi zat padat? Maka bagaimana mungkin kita dapat mengatakan bahwa hal-hal ini tidak dapat rusak? Hal yang sangat besar atau sangat kecil tidak dapat diketahui atau diselidiki dengan sepenuhnya - hal-hal ini dianggap sebagai hal yang sudah biasa. Mereka yang merisaukan akan runtuhnya alam semesta berpikir terlalu jauh, tetapi mereka yang mengatakan bahwa alam semesta tidak dapat hancur juga salah. Karena langit dan bumi akan hancur, mereka juga akan berakhir pada kehancuran. Dan ketika langit dan bumi hancur, mengapa kita tidak boleh merisaukannya?"

Lieh Tse[2] mendengar apa yang dikatakan Ch'ang Lu Tse dan tertawa: "Mereka yang mengatakan bahwa langit dan bumi dapat hancur adalah salah. Dapat tidaknya sesuatu itu hancur adalah di luar pengetahuan kita. Tetapi mereka adalah sama. Karena itu, orang yang hidup tidak dapat mengetahui apa-apa tentang kematian; orang yang mati tidak mengetahui apa-apa tentang kehidupan; seseorang yang datang tidak tahu apa-apa tentang kepergian, demikian juga sebaliknya. Mengapa pertanyaan mengenai dapat tidaknya dunia hancur merisaukan pikiran kita?"

Demikian juga kita adalah orang-orang yang merisaukan tentang kehancuran dunia (kiamat) dan kebingungan mencari "tempat berlindung" seperti laki-laki yang merisaukan runtuhnya langit di atas. Sesungguhnya hal-hal demikian adalah di luar jangkauan pengetahuan kita sebagai manusia biasa. Oleh sebab itu, tidak ada gunanya merisaukan tentang kehancuran alam semesta bahkan hanya menghabiskan waktu semata. Adalah lebih baik menggunakan waktu kita untuk hal-hal lain yang lebih bermanfaat daripada berspekulasi tentang kapan dan bagaimana dunia ini hancur.

Catatan:

1. Ch'i dalam bahasa Cina bermakna udara, ether, napas, dan segala energi yang tidak berwujud. "Gas" di sini tampaknya lebih cocok digunakan di sini. Menurut konsep Tao, alam semesta terbentuk dari kekuatan spiritual tertentu. "Gas" adalah kata yang memadai untuk menjelaskan dan menjembatani kesulitan dalam menentukan antara konsep material dan non-material, seperti yang kita temukan dalam teori cahaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun