Pagi itu, Raka baru saja membuka matanya ketika sebuah notifikasi pesan singkat masuk ke ponselnya. Hari ini adalah ulang tahunnya, tetapi seperti biasa, ia tak berharap banyak. Baginya, ulang tahun hanyalah hari biasa. Namun, pesan itu menarik perhatiannya.
Pesan dari sahabatnya, Tio, berbunyi:
":-) Selamat ulang tahun, semoga panjang umur dan sehat. Apa nich acaranya...? Makan-makan kah? Ziarah kah? Mengunjungi panti kah? Atau mo marah? He...he..."
Raka membaca pesan itu dengan senyum kecil di wajahnya. Ada rasa hangat karena sahabatnya ingat ulang tahunnya. Namun, ia juga sedikit bingung sekaligus terkejut dengan kalimat terakhir: "atau mo marah? He...he..."
Sambil duduk di tepi tempat tidurnya, Raka mencoba memahami maksud pesan itu. Mengapa Tio menulis begitu? Apa aku pernah marah tanpa alasan sebelumnya? Apa dia bercanda? pikirnya.
Hari itu, mereka bertemu di taman dekat rumah untuk berbicara seperti biasa. Tio adalah tipe sahabat yang selalu punya cara unik untuk membuat Raka tersenyum, tetapi hari ini ada sesuatu yang Raka ingin tanyakan.
"Tio, terima kasih ya, udah ingat ulang tahunku. Tapi ada yang bikin aku penasaran. Di pesannya, kenapa kamu nulis 'atau mo marah?' Apa maksudnya?" tanya Raka dengan nada bercampur rasa ingin tahu.
Tio tertawa kecil, lalu menjelaskan. "Aku cuma bercanda, Rak. Kadang, di hari ulang tahun, ada orang yang suka kesal karena merasa dilupakan, atau berharap dapat perhatian lebih dari orang lain. Aku nggak tahu kamu tipe yang mana, jadi aku tambahkan itu supaya kamu nggak terlalu serius. Lagipula, kalau kamu marah, aku siap makan permintaan maafku sendiri!"
Raka menghela napas lega. "Awalnya aku bingung, tapi ya sudahlah, aku tahu kamu memang suka iseng. Pesan itu malah bikin aku ketawa kecil di pagi hari."
Mereka berdua tertawa, dan suasana menjadi cair seperti biasa.
Namun, momen itu juga membuat Raka berpikir lebih dalam tentang kemarahan. Pernahkah ia marah seperti yang Tio maksud? Apa yang biasanya membuatnya marah? Ia sadar, kemarahan seringkali muncul bukan karena hal besar, tetapi karena kesalahpahaman kecil yang dibiarkan tumbuh.
Sore itu, Raka merasa lebih lega dan bersyukur. Ia memahami bahwa pesan Tio, meskipun bercanda, mengajarkannya sesuatu: bagaimana melihat ulang tahun dengan sudut pandang yang lebih santai dan tidak membiarkan hal-hal kecil merusak kebahagiaannya.