Mohon tunggu...
Mr WinG
Mr WinG Mohon Tunggu... Freelancer - guru

bersepeda

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Burung Merpati itu Telah Tiada

26 Januari 2025   10:33 Diperbarui: 26 Januari 2025   10:33 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Burung merpati itu telah tiada...

Dulu kala, di sebuah desa nan damai, hiduplah seorang anak gadis yang dikenal baik hati. Suatu hari, dia bepergian bersama teman-temannya ke desa tetangga. Di sana, mereka bermalam dan di malam yang tenang, sang gadis bertemu dengan seorang pria. Mereka saling berbincang dan berbagi cerita hingga malam berganti pagi.

Setelah beberapa lama, sang gadis kembali ke desanya. Namun, dia tak merasa kesepian. Di dalam hatinya, tumbuh perasaan indah kepada pria yang baru dikenal itu. Dengan cara yang unik, mereka mulai berkomunikasi. Tidak dengan surat biasa, tetapi dengan burung merpati. Burung itu terlatih untuk membawa pesan, terbang melintasi langit dengan cepat dan aman, hingga sampai ke rumah pria yang sedang menunggu pesan dari sang gadis.

Hari-hari berlalu dengan indah. Setiap pesan yang dikirim oleh merpati membawa kebahagiaan, membuat mereka semakin dekat. Namun, kebahagiaan itu tak bertahan lama. Suatu hari, komunikasi mereka terputus. Pesan yang dikirim tidak sampai. Ada apa ini?

Ternyata, seorang pemburu telah menembak burung merpati mereka. Tak ada lagi burung yang dapat mengantarkan pesan. Sang gadis merasa cemas, namun sang pria tidak menyerah. Dia segera membeli burung merpati baru di pasar. Burung itu masih muda, belum terlatih, tapi sang pria percaya bahwa dengan latihan yang tekun, burung itu bisa menyampaikan pesan dengan baik.

Beberapa minggu kemudian, burung merpati yang baru itu sudah siap. Sang pria mengirimkan pesan pertamanya dengan penuh harapan. Burung itu terbang tinggi, melewati pegunungan, sungai, dan hutan, menuju desa sang gadis. Begitu sampai, burung itu mengenali rumah gadis itu dan hinggap di tangkai pohon di halaman rumahnya. Kemudian, ia mengeluarkan suara merdu, nyanyian yang mengingatkan pada nada sapa pribadi, yang dulu biasa terdengar di handphone pada zaman sekarang.

Sang gadis mendengar suara merdu itu. Ia terbangun dan mendekat ke jendela, mencari sumber suara. Betapa indahnya burung itu, pikirnya. Namun, kebahagiaan itu tidak bertahan lama. Seorang pemburu yang sedang lewat melihat burung merpati yang cantik itu. Tanpa pikir panjang, ia mengangkat senapan anginnya dan menembakkan peluru tajam.

"Tut...!" Suara tembakan memecah malam yang hening. "Bug..." Burung merpati itu jatuh ke tanah, tak bernyawa lagi.

Sang pria, yang sedang menunggu kabar dari burungnya, hanya bisa menatap langit dengan kosong. Kejam sekali pemburu itu. Tak hanya merampas hidup burung merpati yang setia, tapi juga menghancurkan harapan mereka untuk terus berkomunikasi.

Burung merpati itu telah tiada... Namun, harapan tak pernah benar-benar mati. Sebab, meski burung merpati tak lagi ada, ada cara lain untuk menjaga komunikasi dan cinta, meski jalan yang harus ditempuh kini lebih panjang dan berliku.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun