Di akhir bulan depan, KOGTIK PGRI akan menyelenggarakan Olimpiade TIK dan Informatika Nasional ke VI. Salah satu rangkaian acara yang paling dinantikan adalah Seminar Nasional Informatika, yang akan dilaksanakan pada 31 Oktober 2024. Acara ini akan menjadi ajang diskusi, berbagi ilmu, dan menciptakan kesadaran terhadap pentingnya pengajaran informatika di era digital. Beberapa calon peserta memberikan pandangan mereka tentang peran informatika dalam pendidikan, tantangan yang dihadapi, dan peluang yang ada. Seminar akan dilaksanakan secara hybrid di ICE, BSD, Tangerang, Banten. Berikut adalah pandangan para peserta dan tantangan pedagogik tentang pembelajaran Informatika.Â
Anka Mahali, seorang pendidik di MTs ILMY, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, mengungkapkan salah satu tantangan terbesar dalam pengajaran informatika di daerahnya. "Siswa kami kekurangan alat robotika. Ini menjadi kendala dalam menerapkan pembelajaran berbasis praktikum dan inovasi." Dari perspektif pedagogik, ini menunjukkan pentingnya dukungan infrastruktur untuk mendukung pembelajaran STEAM (Science, Technology, Engineering, Arts, Mathematics) yang integral bagi perkembangan keterampilan abad 21.
Daniel Brettonio Hona, dari SMPK Kalam Kudus II - Green Garden, Jakarta Barat, berbagi antusiasmenya tentang dinamika dunia informatika. "Setiap tahun, materi yang diajarkan berubah. Tahun ini, fokus kami adalah Artificial Intelligence (AI), yang sangat menarik bagi siswa. Namun, seringkali gadget yang dimiliki siswa sudah usang dan tidak bisa mendukung pembelajaran AI." Daniel kemudian menyiasati masalah ini dengan membentuk kelompok belajar agar siswa dapat berbagi perangkat. Ini menunjukkan pendekatan kolaboratif dalam menghadapi tantangan teknologi, mengajarkan siswa untuk bekerja dalam tim, dan berpikir kreatif dalam keterbatasan.
Fathurrohim, dari UPTD SD Negeri 2 Batulawang, Kota Banjar, menyampaikan bahwa informatika sangat penting dalam memfasilitasi presentasi dan publikasi yang relevan dengan perkembangan dunia pendidikan modern. "Keterampilan dasar komputer kini menjadi kunci dalam menyampaikan ide-ide dan memperluas jaringan pengetahuan."
Sementara itu, Muhammad Taufuqsyah, dari SMK MJPS 1 Tasikmalaya, Jawa Barat, menyebut profesi guru informatika sebagai profesi yang penuh tantangan namun sangat berharga. "Guru dituntut menciptakan lingkungan belajar yang positif dan inspiratif bagi siswa, sambil membantu mereka mengembangkan keterampilan digital yang diperlukan di masa depan yang kompetitif." Ini menggarisbawahi aspek pedagogis di mana guru perlu menjadi fasilitator aktif yang memotivasi siswa untuk terus belajar dan berinovasi dalam dunia teknologi yang berkembang pesat.
Nurul Fadhilah, dari MA Tahfidh Putri Yanbu'ul Qur'an 2 Muria, Kudus, menyampaikan pendapat yang lebih ringan namun penuh semangat. "Informatika itu menyenangkan," katanya, memberikan gambaran tentang bagaimana siswa dapat termotivasi oleh kegembiraan yang dihasilkan dari belajar teknologi. Pendekatan positif seperti ini penting dalam mendorong minat belajar di kalangan siswa, mengintegrasikan elemen kreativitas dan gamifikasi ke dalam pembelajaran.
Ohim Rahmatullah, seorang pendidik dari SDN 3 Cikareo, Banten, menyatakan bahwa mengajar informatika adalah pekerjaan yang mulia dan penuh tantangan. Hal ini menunjukkan komitmen para guru dalam mendidik generasi yang siap menghadapi revolusi industri 4.0, meskipun sering kali terhalang oleh keterbatasan sumber daya.
Putri Oktaria Maylanda, dari SMP Negeri 3 Bunga Mayang, Lampung Utara, memberikan pandangan singkatnya dengan satu kata: "Oke." Meski singkat, ini mencerminkan sikap positif dan kesederhanaan yang mungkin juga mencerminkan situasi pengajaran informatika di sekolahnya.
Ryan Aldi Ramdani, yang mengajar di SMK YUPPENTEK 5 Curug, Tangerang, Banten, membahas bagaimana materi informatika di SMK bidang bisnis dan manajemen sering dianggap terlalu teknis. Namun, siswa tetap antusias belajar. "Suka duka menjadi guru informatika sama seperti yang lain: terlalu sering berganti format pendidikan, yang pada akhirnya memaksa kami mengganti format administrasi pengajaran." Ini mengindikasikan betapa dinamisnya sistem pendidikan yang terus berubah, memerlukan adaptasi berkelanjutan dari para guru.
Tatok Dwi Hertanto, dari SMA Negeri 1 Bululawang, Malang, menyoroti relevansi informatika dengan dunia kerja. "Informatika sangat relevan dengan kebutuhan dunia kerja saat ini." Ini memperkuat peran guru dalam menyiapkan siswa untuk pasar kerja yang semakin digital, menekankan pentingnya vocational training berbasis teknologi.
Yayat Supriatna, dari MAN 1 Subang, Jawa Barat, menambahkan bahwa "informatika membutuhkan kreativitas." Ini menunjukkan bahwa pembelajaran informatika tidak hanya tentang penguasaan teknis, tetapi juga tentang pemecahan masalah yang memerlukan imajinasi dan inovasi.