Mohon tunggu...
Mr WinG
Mr WinG Mohon Tunggu... Freelancer - guru

bersepeda

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Olimpiade TIK-Informatika Nasional (OTN) 2024: Pandangan Peserta dan Tantangan Pedagogik

24 September 2024   13:29 Diperbarui: 25 September 2024   06:27 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

KOGTIK PGRI akan segera menyelenggarakan Olimpiade TIK dan Informatika Nasional ke VI, dengan salah satu agenda besarnya, yakni Seminar Nasional Informatika pada 31 Oktober 2024. Kegiatan ini menarik antusiasme peserta dari berbagai jenjang pendidikan di seluruh Indonesia. Mereka datang dengan berbagai latar belakang dan pengalaman dalam mengajar informatika, memberikan penuturan yang mencerminkan tantangan, peluang, serta pentingnya pembelajaran teknologi informasi di dunia pendidikan masa kini.

Diyan Hartanti, S.T., seorang guru di SMA Negeri 3 Pati, Jawa Tengah, memandang pengajaran informatika sebagai kesempatan emas untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah di kalangan siswa. Ia menuturkan, "Mengajar informatika memungkinkan saya menyaksikan perkembangan siswa dalam menguasai pemrograman, jaringan, dan keamanan informasi. Setiap hari di kelas adalah momen untuk mendorong kreativitas mereka dalam teknologi." Baginya, pengalaman mengajar informatika tidak sekadar mengajarkan materi, tetapi menjadi bagian dari perjalanan siswa menuju masa depan yang lebih baik.

Di sisi lain, Leli Sri Wahyuningsih, guru di SMPN 58 Surabaya, berbagi cerita mengenai tantangan di lapangan, terutama terkait fasilitas belajar siswa. "Mengajar informatika sangat bermanfaat, tetapi sulit jika sarana dan prasarana siswa kurang mendukung," ungkapnya. Namun, Leli tetap merasa bahagia saat melihat murid-muridnya memahami konsep yang diajarkan, seolah setiap pemahaman itu adalah pencapaian pribadi.

Nilam Sarmaria, yang bertugas di SDN Tugu Selatan 03, Jakarta Utara, juga berbicara tentang masalah serupa. "Perangkat yang tidak memadai untuk semua siswa menjadi tantangan besar," katanya. Ini menggarisbawahi pentingnya infrastruktur yang mendukung pembelajaran teknologi, terutama di sekolah-sekolah dengan keterbatasan sumber daya.

Sementara itu, Nur Widyana, M.Kom, dari SMP Negeri 9 Surabaya, berbicara penuh semangat mengenai pengalaman mengajarkan logika komputasi dan pemrograman. Ia merasa tertantang dan senang dengan permainan logika pada berfikir komputasional, serta puas ketika proyek pemrograman berjalan sesuai harapan. "Otak-atik coding adalah hal yang menyenangkan," ungkapnya, menunjukkan bagaimana teknologi dapat menjadi sarana kreativitas yang luar biasa.

Reza Stefani Carlesia, S.Pd., yang sehari-hari mengajar fisika di SMPN 58 Surabaya, kini terjun sebagai guru TIK. Ia merasa tantangan ini memperkaya pengalamannya sebagai pendidik. "Sebagai guru fisika yang mengajar TIK, tantangan ini membangkitkan semangat saya untuk membimbing siswa dari latar belakang keluarga menengah ke bawah agar lebih melek teknologi," tuturnya. Reza memandang ini sebagai peluang untuk membawa perubahan positif di tengah keterbatasan.

Dalam perspektif lain, Sawidi, S.Pd.I, dari SDN Made I/475, Surabaya, menekankan bahwa peran guru bukan hanya di sekolah, melainkan juga di rumah dan masyarakat. "Guru itu teladan," katanya singkat namun sarat makna, mengingatkan pentingnya integritas dan tanggung jawab sosial seorang pendidik di era digital ini.

Sigid Purwo Nugroho, S.H., Gr, dari SMPN Satu Atap Cibulan, Kuningan, menekankan pentingnya kreativitas guru dalam mengajarkan TIK. "Pembelajaran berbasis TIK membutuhkan kreativitas dalam menyusun strategi pembelajaran agar memenuhi kebutuhan belajar setiap murid," ujarnya. Baginya, seorang guru tidak hanya harus paham teknologi, tetapi juga peka terhadap gaya belajar murid yang berbeda-beda.

Teku Harun, S.Pd.I, guru dari SMPN 2 Simeulue Barat, Aceh, menambahkan bahwa pembelajaran TIK yang efektif dan efisien menjadi prioritas utama. Sedangkan Umbar, S.Pd.I., M.Pd., dari MIN 3 Musi Rawas, Sumsel, menekankan bahwa sebagai seorang pendidik, "belajar harus terus dilakukan." Baginya, pembelajaran seumur hidup adalah kunci untuk terus relevan di era teknologi.

Terakhir, Yugo Dharma Putra, dari SMKN 52 Jakarta, menuturkan betapa menyenangkannya mengikuti perkembangan teknologi yang begitu cepat. "Seru bisa mengetahui perkembangan teknologi," katanya, menyiratkan rasa antusiasme terhadap teknologi baru yang akan ia bagikan kepada siswa-siswinya.

Dengan berbagai pandangan dari para calon peserta seminar ini, jelas bahwa pendidikan TIK-Informatika memainkan peran krusial dalam membentuk generasi yang siap menghadapi tantangan masa depan. Setiap guru membawa semangat dan tantangan masing-masing, menjadikan mereka pelopor dalam mengintegrasikan teknologi ke dalam pendidikan dan kehidupan siswa. Seminar ini diharapkan tidak hanya menjadi ajang berbagi ilmu, tetapi juga wadah untuk memperkuat kerja sama dan inovasi di dunia pendidikan informatika di Indonesia.

Baca juga; https://www.kompasiana.com/mr10646/66f1f85634777c7d091d9a52/olimpiade-tik-informatika-nasional-otn-2024-pengalaman-harapan-dan-tantangan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun