Mohon tunggu...
Mr WinG
Mr WinG Mohon Tunggu... Freelancer - guru

bersepeda

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Olimpiade TIK Informatika Nasional (OTN) 2024: Apa Kata Mereka? Bagian 4

24 September 2024   01:12 Diperbarui: 24 September 2024   01:46 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

KOGTIK PGRI akan menyelenggarakan Olimpiade TIK Informatika Nasional ke VI yang akan digelar dalam waktu dekat. Salah satu kegiatan yang sangat dinantikan dalam rangkaian ini adalah Seminar Nasional Informatika pada tanggal 31 Oktober 2024, yang akan dihadiri oleh berbagai pendidik dari seluruh penjuru tanah air. Berikut adalah beberapa penuturan dari calon peserta seminar tersebut yang menggambarkan tantangan, motivasi, serta pandangan mereka terhadap pembelajaran informatika.

  1. Agustina Karina Wea, seorang guru yang bertugas di SMPN 3 Aesesa Satap, Mbay, Nusa Tenggara Timur, menyatakan bahwa meski fasilitas di sekolahnya terbatas, hal itu tidak menyurutkan semangatnya dalam mengajar. "Tetap semangat kerja walaupun fasilitas terbatas," ujarnya. Sikap gigih ini mencerminkan betapa pentingnya daya juang seorang pendidik, terutama di wilayah terpencil, untuk tetap mengupayakan kualitas pembelajaran meski menghadapi banyak kendala. Penguatan pedagogi dengan memaksimalkan potensi lokal dan teknologi sederhana bisa menjadi solusi dalam keterbatasan.

  1. Ahmad Sholeh, S.Kom dari SMPN 2 Gunung Tabur, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, menyampaikan tantangannya dalam mengajar informatika. Menurutnya, mengajar di pedesaan terkadang membuat anak-anak sulit diajak berpikir logis karena keterbatasan lingkungan dan sumber daya. "Saya kesulitan dalam mengajar informatika sebab anak-anak terkadang diajar berpikir tidak mampu karena kami mengajar di pedesaan," katanya. Pendekatan pedagogis yang lebih kontekstual, adaptif, dan berbasis pada pengembangan kemampuan berpikir kritis sangat diperlukan dalam kondisi ini.

  1. Andi M. Taufik Amalros, guru SMPN 8 Tanjung Jabung Timur, menekankan pentingnya keterampilan informatika meskipun dirinya bukan guru mata pelajaran tersebut. "Sebetulnya saya bukan guru mapel informatika, tetapi bagi saya informatika adalah skill/kebutuhan yang harus dimiliki setiap guru untuk ikut berinovasi sesuai kodrat zaman," tuturnya. Pandangan ini menggarisbawahi pentingnya lifelong learning bagi guru, di mana kemampuan untuk terus belajar dan berinovasi sangat relevan dalam dunia pendidikan yang berubah cepat.

  1. Bhayu Sulistiawan dari SMPI Mentari Indonesia, Kabupaten Bekasi, menekankan betapa pentingnya pemanfaatan ICT dalam pembelajaran. "Pemanfaatan ICT untuk pembelajaran sangat penting dan menyenangkan bagi murid dalam kegiatan belajar mengajar," katanya. Pembelajaran berbasis ICT tidak hanya memperkaya pengalaman belajar siswa, tetapi juga meningkatkan keterlibatan mereka secara lebih aktif dan interaktif dalam proses belajar mengajar.

  1. Darnawati, S.Pd, dari SDN 4 Nisam, Aceh Utara, menyatakan bahwa pembelajaran informatika sangat dibutuhkan di era teknologi ini. Menurutnya, perkembangan zaman yang semakin canggih menuntut sekolah untuk memberikan pendidikan informatika yang memadai. "Pembelajaran informatika sangat dibutuhkan di zaman yang semakin canggih," ungkapnya. Hal ini menekankan pentingnya persiapan guru dalam mengadopsi perubahan dan memberikan pengajaran yang relevan dengan kebutuhan zaman.

  1. Eka Purmanta Aji Wibowo, S.Pd., M.Pd. dari SMP Negeri 1 Pakis, Kabupaten Malang, dengan antusias mengatakan bahwa informatika adalah sesuatu yang "hebat." Baginya, informatika bukan hanya sekedar mata pelajaran, tapi juga kunci pengembangan siswa di masa depan. Sebagai komponen inti dari literasi abad ke-21, kemampuan siswa dalam menguasai informatika berperan penting dalam menyiapkan mereka menghadapi tantangan dunia digital.

  1. Irwan Suteja, S.Kom. dari SMP Negeri 1 Cicurug, Sukabumi, berbagi pengalamannya mengajar konsep berpikir komputasional. "Pengalaman yang cukup menarik waktu saya mengajar adalah ketika menjelaskan materi berpikir komputasional kepada siswa. Ini adalah salah satu materi yang mengajarkan siswa bagaimana merespon, memikirkan, mengurutkan, dan mencari solusi ketika menghadapi permasalahan," ujarnya. Mengajarkan keterampilan pemecahan masalah melalui pendekatan komputasional adalah salah satu cara membangun dasar berpikir kritis yang sangat dibutuhkan di era digital.

  1. Kholida Hanum dari SMPN 56 Surabaya, merasa bangga menjadi guru informatika. "Sebagai guru informatika, saya merasa tertantang untuk terus belajar hal baru, sembari membersamai siswa untuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi," katanya. Bagi Kholida, antusiasme siswa-siswi dalam belajar informatika memotivasi dirinya untuk terus memberikan yang terbaik dalam proses pengajaran. Ini menunjukkan pentingnya kolaborasi dan keterlibatan aktif antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran.

  1. Nasrul Nurpadilah, S.Kom. dari SMPN 3 Cicurug, Sukabumi, menyebut bahwa informatika adalah "jantung mata pelajaran di era digitalisasi." Baginya, tanpa penguasaan informatika, siswa akan tertinggal dalam persaingan global. Oleh karena itu, ia berusaha mengajarkan informatika sebagai kemampuan dasar yang esensial bagi siswa-siswi untuk masa depan mereka.

  1. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
    Lihat Humaniora Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun