Mohon tunggu...
Mr WinG
Mr WinG Mohon Tunggu... Freelancer - guru

bersepeda

Selanjutnya

Tutup

Diary

Maniskan Ketekunan di Ladang Tebu

12 Agustus 2024   23:11 Diperbarui: 12 Agustus 2024   23:12 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Di belakang rumah Ahza, terdapat sebidang tanah yang dahulu dibiarkan kosong, kini berubah menjadi ladang hijau yang penuh dengan kehidupan. Ahza menanam tebu dengan hati yang penuh harapan. Setiap pagi, dia berjalan melewati jalan setapak yang lembut di bawah kakinya, membawa ember berisi air segar untuk menyirami tanaman-tanamannya. Saat dia menyiram, suara gemericik air yang jatuh di atas daun-daun tebu memberikan ketenangan tersendiri. Ahza merasakan kesejukan air yang mengalir di antara jari-jarinya, membasahi tanah yang siap memberikan nutrisi terbaik bagi tanaman tebu yang tumbuh dengan penuh semangat.

Seiring berjalannya waktu, batang-batang tebu semakin menjulang tinggi, daunnya yang hijau segar mengeluarkan aroma manis yang khas. Setiap kali angin berhembus, daun-daun tebu berdesir, seolah-olah mereka sedang menyanyikan lagu kebahagiaan. Ahza tersenyum saat melihat kemajuan tanaman-tanamannya. Ia tahu, hasil kerja kerasnya akan segera terbayar.

Ketika waktu panen tiba, Ahza dengan hati-hati memotong batang-batang tebu yang sudah matang. Tangannya yang terampil memegang parang, memotong tebu dengan gerakan yang mantap. Setiap tebu yang dipotong mengeluarkan aroma manis yang semakin kuat, memenuhi udara di sekitar ladang. Bersama abangnya, Ahza membawa tebu-tebu itu ke bawah pohon besar di dekat rumah mereka. Mereka duduk bersama, menikmati hasil kerja keras mereka.

Ahza menggigit tebu yang manis dan berair. Setiap gigitan memberikan sensasi kesegaran yang tak tergantikan. Rasanya begitu alami, seolah-olah ia sedang menikmati rasa manis dari alam itu sendiri. Abangnya juga tersenyum puas, merasakan hal yang sama.

Menanam tebu bukan hanya memberikan kesenangan bagi Ahza, tetapi juga banyak manfaat. Tebu yang ditanam dengan penuh kasih sayang ini bukan hanya menjadi sumber pangan yang lezat, tetapi juga memiliki banyak kegunaan. Tebu dapat dijadikan gula alami, bahan dasar minuman segar, dan bahkan daunnya bisa digunakan sebagai pakan ternak. Lebih dari itu, menanam tebu mengajarkan Ahza tentang kesabaran, kerja keras, dan betapa alam memberikan begitu banyak hal berharga bagi mereka yang mau merawatnya.

Di bawah naungan pohon besar, Ahza dan abangnya menikmati manisnya tebu, sambil merenungi betapa indahnya hasil dari kerja keras dan kesabaran. Ladang tebu di belakang rumah mereka tidak hanya menjadi sumber kebahagiaan, tetapi juga simbol harapan dan ketekunan, yang akan terus tumbuh bersama mereka sepanjang hidup.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun