Suatu pagi yang cerah, saya mendapat kesempatan untuk bertemu dengan seorang guru muda bernama Irma Husni. Pertemuan ini berlangsung di MAN 1 Bandar Lampung, tempat ia bertugas sebagai guru mata pelajaran geografi. Saya sangat tertarik untuk mengetahui lebih banyak tentangnya, terutama karena baru-baru ini ia menjadi penyunting sekaligus penata letak sebuah buku yang berjudul "Kebijakan Sang Kepala Madrasah; Mengarungi 3 Era di Bandar Lampung" dan juga menjabat sebagai pembina drumband di sekolah tersebut.
Saat memasuki ruang guru, saya disambut dengan senyum ramah dan hangat oleh Irma. Dengan usia yang masih muda, sekitar akhir dua puluhan, ia terlihat penuh semangat dan antusiasme. "Selamat datang, silakan duduk," katanya sambil menunjukkan kursi di hadapannya. Bau kopi yang baru diseduh memenuhi ruangan, menambah suasana nyaman pagi itu. Setelah beberapa menit berbasa-basi, kami mulai berbicara tentang perannya sebagai guru geografi.
"Menjadi guru geografi adalah impian saya sejak lama," katanya. "Saya selalu tertarik dengan bagaimana bumi kita bekerja, dari fenomena alam hingga interaksi manusia dengan lingkungan. Saya ingin siswa-siswa saya juga merasakan antusiasme yang sama." Nada suaranya penuh dengan kegairahan, dan matanya bersinar saat berbicara tentang mata pelajaran yang dicintainya.
Selain aktivitas akademisnya, Irma juga memiliki peran lain di sekolah. Ia menjabat sebagai pembina drumband, sebuah ekstrakurikuler yang sangat populer di MAN 1 Bandar Lampung. "Dengan menjadi drumband saya dapat mengimbangi kegiatan akademis dengan aktivitas yang lebih dinamis," jelasnya. "Anak-anak sangat antusias, dan melalui kegiatan ini dapat membantu mereka mengekspresikan diri melalui musik dan gerakan." Irma menggambarkan latihan-latihan yang mereka lakukan dengan penuh semangat, suara genderang dan trompet menggema di lapangan sekolah, memacu adrenalin setiap anggotanya.
Ia menceritakan bagaimana ia memadukan disiplin dan kreativitas dalam melatih drumband. Setiap anggota diajarkan untuk tidak hanya menguasai alat musik mereka, tetapi juga untuk bekerja sama sebagai tim. "Mereka sering berlatih keras, terutama menjelang kompetisi. Tapi melihat semangat dan kemajuan mereka, semua usaha itu terbayar lunas," tambahnya dengan senyum bangga.
Tahun lalu, Irma juga mendampingi siswa-siswanya mengikuti Kompetisi Sains Madrasah (KSM) tingkat nasional di Gorontalo. "Itu adalah pengalaman yang tak terlupakan," katanya. "Siswa-siswa kami berhasil menunjukkan prestasi yang membanggakan dan saya merasa sangat bangga bisa mendampingi mereka dalam kompetisi tersebut. Kami meraih juara II, mendapatkan medali perak. Pengalaman ini tidak hanya memperkaya pengetahuan mereka, tetapi juga membangun karakter dan kepercayaan diri mereka." Ia mengenang betapa tegangnya saat mendampingi lomba, hingga susah tidur karena memikirkan performa siswa-siswanya. "Raihlah pembelajaran yang menyenangkan dan prestasi di Kampus Ceria. Usaha maksimal, doa tiap saat, semoga menjadi yang terbaik ya MB Citra Bahana Madaliyansa," katanya dengan nada haru.
"Bahagia itu waktu lagi kemana gitu, trus ada yang nyamperin trus cium tangan trus bilang 'Ibu, saya dulu murid Ibu loh!.' Sukses terus yaaa anak-anak Ibu," ujarnya saat berjumpa dengan alumni. Senyum bangga dan mata yang berkaca-kaca menunjukkan betapa dalamnya kebanggaan dan kebahagiaannya sebagai seorang guru.
Di akhir pertemuan kami, saya sangat terkesan dengan Irma Husni. Ia bukan hanya seorang guru geografi yang berdedikasi, tetapi juga seorang editor berbakat, pembina drumband yang inspiratif, dan pendamping kompetisi yang penuh semangat. Perannya di MAN 1 Bandar Lampung benar-benar menunjukkan komitmennya untuk pendidikan dan pengembangan siswa-siswanya, baik di dalam maupun di luar kelas. Pertemuan ini memberi saya perspektif baru tentang betapa pentingnya peran guru yang multifungsi dalam dunia pendidikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H