Mohon tunggu...
Mr WinG
Mr WinG Mohon Tunggu... Freelancer - guru

bersepeda

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Sepiring Urap

2 Agustus 2024   19:28 Diperbarui: 2 Agustus 2024   19:29 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Pada pagi yang cerah, Yani dan Yanti duduk di teras rumah. Udara segar berhembus lembut, membawa aroma bunga melati yang sedang mekar. Mereka berbincang hangat, ditemani secangkir teh manis hangat dan sepiring urap yang menggoda selera.

Yanti memulai percakapan dengan mengucapkan selamat ulang tahun dan doa untuk kesehatan dan kesuksesan Yani. Yani, dengan penuh rasa syukur, menjelaskan bahwa ia sering bangun malam untuk melaksanakan sahur terutama setiap hari senin dan kamis, untuk itu ia memasang alarm pukul setengah empat. Yanti mengagumi dedikasi Yani, menyatakan bahwa doa-doanya untuk anak-anaknya pasti sangat berarti.

Mereka terdiam sejenak, menikmati suara burung yang berkicau riang di sekitar mereka. Yanti kemudian bertanya tentang seseorang di belakang Yani. Yani menjelaskan bahwa itu adalah mbaknya, saudara dari bapaknya. Yanti tertawa kecil, mengira itu adalah ibu Yani.

Perhatian Yanti kemudian beralih ke urap di atas piring. Yani menjelaskan bahwa urap itu bukan hasil masakannya sendiri, melainkan hasil kerja sama dengan ibu-ibu komplek di teras rumahnya. Yanti mencicipi urab tersebut dan mengomentari kesegarannya, lalu menyatakan niatnya untuk mencari resep urap.

Mereka melanjutkan pembicaraan tentang kondisi kesehatan Husen, seorang kerabat yang sedang terkena demam berdarah. Yani menyarankan Yanti untuk membeli angkak di toko obat Cina dan menyeduhnya dengan air panas. Mereka berbicara tentang jus jambu yang dapat membantu menaikkan trombosit, dan Yanti merasa lega karena trombosit Husen sudah mulai naik.

Percakapan berlanjut ke rencana Husen setelah lulus. Yanti menjelaskan bahwa Husen ingin mengumpulkan pengalaman kerja sebelum pulang ke kampung halaman. Mereka membahas berbagai kemungkinan pekerjaan dan pentingnya memiliki pengalaman yang cukup sebelum mengambil langkah lebih besar, seperti pernikahan.

Matahari semakin tinggi, tapi kehangatan obrolan mereka tetap sama, penuh dengan doa dan harapan untuk masa depan yang lebih baik. Aroma teh yang wangi dan rasa urap yang segar membuat percakapan mereka semakin hangat dan akrab. Di tengah percakapan yang hangat, mereka saling mendukung dan memberi semangat untuk menghadapi tantangan yang ada. #370 *v*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun