Yani sedang duduk di ruang tamu yang hangat, memeriksa pesan-pesan di ponselnya. Sinar matahari pagi yang lembut menerobos masuk melalui jendela, menyinari perabotan kayu dan tanaman hias di sudut ruangan. Aroma kopi segar dari dapur memenuhi udara, memberikan rasa nyaman yang menyegarkan.
Yani membaca pesan pertama dari Husen. Husen meminta Yani untuk membayar pesanan telur asin dan memberitahukan bahwa alat untuk tes napza harus dilakukan di rumah sakit Abdul Muluk. Puskesmas tidak memiliki alat yang diperlukan. Pesan ini mengingatkan Yani pada kunjungan terakhirnya ke puskesmas, di mana dia merasakan aroma antiseptik yang kuat dan mendengar suara langkah-langkah cepat para perawat.
Kemudian, ada pesan lain dari Husen yang menyuruh Yani untuk memberi tahu obat-obatan yang mereka dapatkan kemarin: parasetamol, antasida, metil prednisolone, dan cafadroxil monohydrate. Yani mengingat betapa dingin dan sterilnya ruang tunggu di apotek, di mana dia duduk sambil mendengar suara-suara mesin kasir dan obrolan pelan antara pelanggan dan apoteker.
Husen juga mengirim pesan tentang ayam bakar yang sedang ditawarkan di depan sekolah oleh kepala sekolah. Yani merasakan air liurnya mulai terkumpul ketika membayangkan rasa ayam bakar yang lezat dengan bumbu yang meresap, disertai dengan segelas es teh manis yang menyegarkan. Dia membalas dengan antusias, setuju untuk memesannya.
Ketika ayam bakar itu tiba, Yani mendengar suara motor pengantar makanan berhenti di depan rumah. Dia berlari keluar, merasakan udara siang yang hangat dan sinar matahari yang menyengat di kulitnya. Aroma ayam bakar yang menggoda semakin kuat saat dia membuka bungkusan itu di dapur. Tekstur ayam yang lembut dan rasa gurih yang kaya membuatnya tersenyum puas.
Husen kemudian mengingatkan Yani untuk memperhatikan jemuran di luar pagar jika hujan turun. Yani melirik ke luar jendela, melihat langit yang cerah namun penuh dengan awan putih yang bergulung-gulung. Dia bisa membayangkan bagaimana pakaian yang baru dicuci berayun lembut di angin, menebarkan aroma segar deterjen.
Dalam beberapa pesan lainnya, Husen juga memberi tahu Yani untuk membereskan barang-barang karena mereka akan pulang bersama Mas Agung pada jam dua siang. Yani mengingat betapa lega rasanya pulang ke rumah setelah seharian beraktivitas, disambut oleh aroma masakan rumah yang lezat dan suara tawa keluarganya.
Saat membuka pesan terakhir dari Husen tentang arisan dan kran air yang tidak tertutup, Yani merasa kehangatan dalam hubungan mereka. Meskipun pesan-pesan ini berisi tugas-tugas kecil dan pengingat, itu semua menunjukkan perhatian dan kepedulian yang tulus. Sensasi kebersamaan dan rasa saling mendukung terasa begitu kuat dalam keseharian mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H