Mohon tunggu...
Mr WinG
Mr WinG Mohon Tunggu... Freelancer - guru

bersepeda

Selanjutnya

Tutup

Diary

Mengenal Fakhrunnizam

24 Juli 2024   09:01 Diperbarui: 24 Juli 2024   11:22 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Di Kota Bandar Lampung yang dikelilingi oleh perbukitan hijau, terletaklah rumah keluarga Atthar di Jalan Abdullah No. 17, di sebuah tempat bernama Wortel Mongisidi. Keluarga ini terdiri dari lima bersaudara, dan Fakhrunnizam adalah anak bungsu di antara mereka.

Setiap hari, Fakhrunnizam selalu disibukkan dengan rutinitasnya yang teratur. Setelah pulang sekolah di sore hari, langit senja menggantikan mentari terbenam, dan suara adzan Ashar menggema dari masjid kecil di desa mereka. Setelah menonton acara favoritnya di televisi, Fakhrunnizam sering kali tak terhindarkan dari mengantuk yang menghampirinya, terutama ketika senja mulai menyapu langit.

Segera setelah adzan Ashar berkumandang, Fakhrunnizam bangun untuk menunaikan shalat Ashar di masjid desa. Setelah selesai, dengan semangatnya yang tak pernah padam, dia bergegas ke lapangan sepak bola dekat rumahnya untuk bermain bersama teman-temannya. Aroma tanah basah setelah hujan, sentuhan angin sepoi-sepoi, dan cahaya senja yang memerah memberikan nuansa magis bagi permainan mereka.

Setelah lelah bermain bola, Fakhrunnizam pulang mandi dan mempersiapkan diri untuk shalat Maghrib di masjid, mengikuti suara adzan yang merdu. Setelah selesai, dia kembali ke rumah untuk makan malam bersama keluarganya. Suara tawa dan canda riang memenuhi meja makan, mencerahkan malam mereka.

Setelah shalat Isya, Fakhrunnizam merapikan buku-bukunya untuk persiapan sekolah esok pagi. Dengan rasa kantuk yang mulai menghampirinya, ia merenung sejenak tentang hari yang baru saja berlalu. Di bawah sinar bulan yang bersinar terang, dia kemudian merebahkan diri di tempat tidurnya, dipenuhi dengan perasaan syukur atas nikmat dan kebahagiaan keluarganya.

Besok paginya, Fakhrunnizam bangun dengan semangat baru untuk menyambut hari sekolahnya. Dengan buku-buku dan ransel yang siap dibawa, dia berjalan perlahan menuju pintu depan, disambut dengan hangatnya sinar matahari pagi yang baru terbit di ufuk timur.

Demikianlah cerita tentang Fakhrunnizam, seorang anak muda yang hidup sederhana di Kota Bandar Lampung, di antara rutinitas harian yang membentuk kehidupannya dengan kebaikan, kebersyukuran, dan kebahagiaan dalam setiap langkahnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun