Mohon tunggu...
Mr WinG
Mr WinG Mohon Tunggu... Freelancer - guru

bersepeda

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pembelajaran Berdiferensiasi

18 Juli 2024   21:30 Diperbarui: 18 Juli 2024   22:28 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sebuah sekolah menengah pertama di Cianjur, seorang guru bernama Bu Yani mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi di kelasnya. Dua muridnya, Mega dan Asep, memiliki gaya belajar dan kemampuan yang berbeda, namun keduanya mendapatkan pengalaman belajar yang optimal berkat metode ini.

Mega adalah seorang murid yang sangat mahir dalam mata pelajaran matematika. Ia selalu menyelesaikan tugas-tugasnya dengan cepat dan sering kali merasa bosan dengan materi yang terlalu mudah baginya. Sebaliknya, Asep memiliki sedikit kesulitan dalam matematika. Ia membutuhkan waktu lebih lama untuk memahami konsep-konsep dasar dan sering kali merasa tertinggal.

Melihat perbedaan ini, Bu Yani menerapkan pembelajaran berdiferensiasi. Dalam pelajaran matematika, Bu Yani membagi siswa menjadi beberapa kelompok berdasarkan kemampuan mereka. Mega ditempatkan di kelompok yang lebih mahir, di mana ia diberikan soal-soal yang lebih menantang dan proyek tambahan yang mengasah kemampuan analitisnya. Sementara itu, Asep berada di kelompok yang membutuhkan lebih banyak bimbingan. Bu Yani memberikan penjelasan yang lebih rinci dan menyediakan latihan tambahan untuk membantu Asep memahami materi dengan lebih baik.

Di kelas bahasa, pendekatan ini juga diterapkan. Bu Yanti memberikan pilihan kepada siswa untuk menulis cerita, puisi, atau esai sesuai dengan minat mereka. Mega, yang sangat suka menulis cerita, memilih untuk menulis cerita fiksi. Ia menulis cerita yang penuh imajinasi dan mendapatkan umpan balik positif dari Bu Yanti. Asep, di sisi lain, lebih suka menulis esai. Ia memilih topik yang sangat dekat dengan kehidupannya sehari-hari dan mendapatkan bimbingan khusus dari Bu Yani untuk memperbaiki struktur esainya.

Selama proyek ilmu pengetahuan yang diampu oleh Pak Husen, siswa diberikan kebebasan untuk memilih topik yang mereka minati. Mega memilih untuk membuat model tentang sistem tata surya, sedangkan Asep memilih untuk melakukan penelitian tentang siklus air. Keduanya bekerja dengan antusias dan menunjukkan hasil yang memuaskan.

Dengan pendekatan pembelajaran berdiferensiasi, Bu Yani, Bu Yanti dan Pak Husen berhasil menciptakan lingkungan belajar yang mendukung dan responsif terhadap kebutuhan akademis dan emosional setiap siswa. Mega dan Asep, meskipun memiliki kemampuan dan minat yang berbeda, keduanya mendapatkan pengalaman belajar yang bermakna dan memotivasi. Pembelajaran berdiferensiasi tidak hanya membantu meningkatkan hasil belajar mereka tetapi juga membuat mereka merasa dihargai dan didukung dalam proses belajar mereka.
***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun