Anto duduk di kursi kayu di sudut ruang tamu rumahnya, dengan lampu meja kecil yang memancarkan cahaya hangat di sampingnya. Ia baru saja menyeduh secangkir kopi hitam yang aromanya memenuhi ruangan, bercampur dengan udara malam yang sejuk. Di depannya, layar ponsel menyala dengan notifikasi grup WhatsApp KBMN PGRI Gelombang 31 yang pada malam ini telah sampai pada pertemuan ke , tempat dia akan mengikuti kuliah daring malam itu.
Anto merasakan ketegangan dalam tubuhnya berkurang sedikit demi sedikit ketika membaca pesan dari Edmu, moderator kuliah. Pesan tersebut berisi salam dan doa agar semua peserta sehat dan bahagia, serta diberikan kelancaran dalam mengikuti kegiatan belajar. Anto membalas pesan tersebut dengan penuh semangat, berharap malam ini akan membawa banyak inspirasi.
Sambil menunggu sesi dimulai, Anto menatap dinding ruang tamunya yang dihiasi beberapa lukisan alam. Di sudut lain ruangan, ia melihat gitar akustik kesayangannya yang teronggok di pojok, menyadari betapa lama ia tak memainkannya. Heningnya malam hanya terganggu oleh suara angin menggerakkan dedaunan di luar jendela, memberikan suasana yang tenang dan damai.
Edmu membuka kuliah dengan doa bersama, diikuti oleh pengenalan materi malam itu. Pemateri adalah Ditta Widya Utami, seorang guru dengan banyak prestasi yang akan membahas tentang cara mengatasi writer's block. Topik ini sangat relevan bagi Anto yang sering mengalami kebuntuan ide saat menulis.
Sambil menyeruput kopi, Anto mendengarkan Ditta memperkenalkan dirinya dan memulai sesi dengan mengajak peserta mengenang masa kecil. Ia merasa nostalgia ketika memikirkan masa kecilnya di desa, bermain layang-layang di sawah yang luas, merasakan angin menerpa wajahnya dan bau tanah yang khas setelah hujan. Suara Ditta yang tenang dan jelas membawanya kembali ke masa itu, membuatnya semakin fokus pada materi.
Ditta menjelaskan bahwa writer's block adalah kondisi di mana penulis kehilangan kemampuan menulis atau ide baru. Penyebabnya bisa beragam, dari kelelahan fisik hingga kurangnya ide. Anto mengangguk setuju, menyadari bahwa sering kali ia mengalami writer's block karena merasa terlalu lelah setelah seharian bekerja. Ia mencatat poin-poin penting di lembar google document, Â gerakan jarinya tampak indah menari diatas keyboard laptopnya yang sudah berumur, suara hentakan jari diatas keyboard menimbulkan suara yang memecah keheningan malam itu. Google document salah satu aplikasi yang dapat digunakan secara online, aplikasi ini sebagai alternatif MS Word.Â
Tantangan pertama diberikan oleh Ditta, meminta peserta untuk melihat sekeliling dan mencari benda berwarna hitam. Anto melihat televisi di sudut ruangan, sebuah benda yang sering ia pandangi untuk mencari hiburan. Ia menulis kalimat sederhana tentang televisinya, merasa sedikit terbantu dengan tantangan ini untuk kembali fokus menulis.
Peserta lain juga memberikan jawaban yang beragam, dari laptop hingga sepatu sekolah. Anto merasakan semangat yang sama dari teman-temannya, merasakan bahwa mereka semua berusaha melawan writer's block bersama-sama. Ditta memberikan solusi yang beragam untuk mengatasi writer's block, dari rehat sejenak hingga mencari mood booster. Anto merasa solusi tersebut sangat membantu dan relevan dengan pengalamannya sendiri.
Malam semakin larut dan udara semakin dingin. Anto merasakan semangat baru untuk menulis, siap untuk melanjutkan perjalanannya sebagai penulis. Ia tahu bahwa dengan kerja keras dan semangat, ia bisa mengatasi setiap hambatan yang ada. Menutup sesi malam itu, Anto merasa puas dan termotivasi, siap untuk menghadapi hari-hari berikutnya dengan lebih produktif.
Terima kasih.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H