Di suatu pagi yang cerah, sebuah desa kecil di pinggiran hutan yang asri dan damai bangun dengan kegiatan rutin sehari-hari. Pepohonan menari-nari diiringi nyanyian burung yang merdu. Di sebuah sekolah menengah di pinggiran kota, ruang musik dipenuhi dengan hiruk-pikuk persiapan untuk sebuah pertunjukan penting. Fardan Isnaila, seorang guru seni yang penuh semangat, sedang memimpin tim seni sekolahnya.
Fardan duduk di meja kerjanya, fokus menyiapkan detail latihan. Lubna Rayya, seorang siswi berbakat dalam musik, memberi kabar bahwa musik sudah diedit. Fardan tersenyum lega, mengetahui satu hal sudah diselesaikan pagi ini. Dia segera memastikan agar semua anggota tim berkumpul untuk latihan, sambil mengatur untuk mendapatkan sound dari Pak Tugiyo.
Hari berikutnya, anggota tim sudah berkumpul di ruang musik dengan semangat. Mereka siap mempersiapkan pertunjukan besar yang akan datang. Sapta PMR meminta konfirmasi kehadiran, sementara Lubna Rayya mengonfirmasi bahwa semuanya sudah siap.
Dengan semangat yang menggebu, mereka memulai latihan. Bunyi alat musik mengisi ruangan, menyatu dengan suara langkah mereka yang bersemangat dan terdengar di koridor sekolah. Berikut adalah naskah drama yang akan mereka tampilkan.
***
Di sebuah desa kecil yang tenang dan damai, penduduk menjalani aktivitas sehari-hari dengan riang. Pedagang sibuk menyiapkan barang dagangannya, petani bersiap untuk menanam padi, dan para ibu rumah tangga mengobrol sembari menyapu halaman. Desa yang damai ini ditemani langit biru dan matahari yang bersinar cerah.
Di depan penonton, terlihat petani yang sedang mencangkul ditemani oleh anaknya. Ada juga penjual sayur dan pembeli yang datang bergantian, serta ibu rumah tangga yang sedang berbincang.
Namun tiba-tiba, langit yang biru cerah berubah menjadi kelabu, dan angin kencang mulai berhembus. Angin semakin kencang, dan awan hitam berputar-putar di langit, membuat suasana menjadi mencekam. Penduduk desa berlarian ke sana kemari saat melihat puting beliung yang ganas mendekati desa mereka.
Puting beliung berlalu dengan cepat, meninggalkan puing-puing rumah, tempat berdagang, dan pohon-pohon yang tumbang. Dalam kekacauan tersebut, tim evakuasi dari MTsN 1 Bandar Lampung datang untuk memberikan pertolongan pertama.
PMR tidak hanya sebuah ekstrakurikuler yang mengajarkan kemanusiaan, tetapi juga menumbuhkan sikap empati dan kepedulian. Dengan PMR, kita belajar cara penanganan darurat, pelayanan kesehatan, dan pertolongan pertama. Kami secara aktif berlatih sekali dalam seminggu untuk membentuk pribadi-pribadi yang lebih cekatan dan disiplin. Mari bergabung dengan PMR untuk berkontribusi secara positif di kalangan masyarakat dan menjadi wadah solidaritas sosial serta kepedulian!
***
Latihan drama terus berlangsung dengan penuh antusiasme. Fardan mengarahkan setiap adegan dengan teliti, sementara Lubna mengatur musik dengan sempurna. Sapta PMR memastikan semua alat dan properti berada di tempatnya. Semua anggota tim bekerja sama dengan baik, menunjukkan dedikasi mereka terhadap pertunjukan ini.
Mudah-mudahan nanti, ketika hari pertunjukan tiba, semua orang di madrasah berkumpul di aula. Suasana tegang dan antusias terasa di udara. Saat tirai panggung terbuka, para siswa mempersembahkan drama mereka dengan gemilang. Penonton terpukau oleh penampilan mereka, dan tepuk tangan riuh mengiringi akhir pertunjukan.
Fardan melihat ke arah timnya dengan bangga. Usaha keras mereka membuahkan hasil yang luar biasa. Pertunjukan drama ini tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga membawa pesan penting tentang kemanusiaan dan kepedulian. Yani merasa puas, mengetahui bahwa mereka telah menyambut siswa baru dengan cara yang paling inspiratif dan mendidik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H