Mohon tunggu...
Mr WinG
Mr WinG Mohon Tunggu... Freelancer - guru

bersepeda

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gunung Kelud

6 Juli 2024   03:17 Diperbarui: 6 Juli 2024   03:35 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rahayu sangat bergembira berjumpa dengan kepala SMP Taruna Bakti, seorang perempuan visioner yang menakodai sebuah sekolah yang cukup diperhitungkan di Bandung. Ia termenung sejenak. Rahayu merasa harus terus berjuang mendorong teman-temannya untuk berkiprah dalam berbagai bidang. Peserta studi literasi kembali ke dalam bus untuk melanjutkan perjalanan menuju museum geologi. Jaraknya tidak begitu jauh, hanya 1,5 km, yang seharusnya dapat ditempuh dalam waktu 3 menit saja. Namun, kemacetan siang itu membuat kendaraan sulit bergerak. Supir bus akhirnya memutuskan untuk menurunkan penumpang di ujung jalan. Mereka harus menyeberang jalan, lalu berjalan menyusuri trotoar, yang cukup membuat peserta berkeringat. Panitia meminta peserta untuk berbaris di depan ticketing office untuk menghitung jumlahnya. Sambil menunggu tiket, peserta memanfaatkan waktu untuk berfoto bersama di tangga pintu masuk.

Museum Geologi Bandung, yang berdiri megah di jalan Diponegoro, merupakan salah satu destinasi wisata edukatif yang populer. Bangunannya yang bergaya kolonial Belanda memberikan kesan klasik nan elegan. Di dalamnya, terdapat berbagai koleksi yang memperkenalkan pengunjung pada dunia geologi, mulai dari fosil, mineral, hingga simulasi bencana alam. Di pintu masuk, pengunjung disambut oleh replika besar dinosaurus yang menjadi daya tarik tersendiri. Selain itu, museum ini juga dilengkapi dengan berbagai diorama yang menggambarkan proses terbentuknya bumi dan fenomena alam yang terjadi sepanjang sejarah.

Usai berfoto, panitia membagikan tiket masuk yang dipasang di lengan peserta. Satu persatu peserta masuk dan berjalan ke arah kiri, dimana terdapat berbagai koleksi batuan dan display tentang gunung api. Salah satu display adalah tentang Gunung Kelud. Seorang peserta larut menikmati display tentang letusan gunung tersebut. "Rumahku di sini, saat gunung api meletus rumah-rumah warga rusak, mereka mengungsi ke rumahku," tuturnya. "Ayahku hebat. Rumahku besar sehingga dapat menampung banyak orang, ibu memasak nasi untuk para pengungsi, dan aku membagikan nasi kepada mereka," kenangnya.

Rahayu menyimak penuturan pengunjung tersebut dengan seksama. Cerita tersebut sangat menyentuh, memberikan gambaran betapa manusia harus memberikan manfaat bagi orang lain. Terinspirasi oleh cerita tersebut, Rahayu semakin bertekad untuk mendorong teman-temannya agar terus berkiprah dan memberikan kontribusi positif di berbagai bidang. Pengalaman di museum geologi hari itu tidak hanya menambah pengetahuan, tetapi juga memberikan pelajaran berharga tentang kepedulian dan semangat untuk berbuat baik.

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi

Penasaran dengan penuturan wanita paruh baya yang ia dapati di Museum Geologi Bandung, Rahayu mengenang kembali perjalanannya mengeksplor Gunung Kelud. Ketika ia mendengar seseorang bilang bahwa memiliki plat nomor AG tanpa pernah mengunjungi Gunung Kelud adalah sesuatu yang aneh, dia langsung merasa tertarik untuk mengeksplorasi destinasi ini. Saran mereka, untuk berkunjung pada pagi atau sore hari, terutama di hari kerja agar lebih sepi dan foto-foto tak "bocor" oleh orang banyak, membuat rencana perjalanannya semakin menarik.

Rahayu memutuskan untuk berangkat di hari kerja dan pagi hari, berharap bisa menikmati ketenangan Gunung Kelud. Dalam perjalanan menuju lokasi, udara pagi yang segar dan langit yang berwarna cerah menyambutnya. Angin pagi menyentuh kulitnya dengan lembut, memberikan sensasi kesejukan yang menyegarkan.

Sesampainya di parkiran, Rahayu harus memilih antara naik ojek atau berjalan kaki menuju kawah. Pilihan jatuh pada ojek, dengan tarif yang terjangkau sekitar 40 ribu rupiah pulang-pergi. Rute yang dilalui penuh dengan pemandangan indah dan udara yang sejuk. Dia merasakan getaran motor di jalan yang beraspal mulus, dan setiap tikungan memperlihatkan pemandangan yang menakjubkan.

Ketika motor berhenti di depan kawah, Rahayu terpana oleh keindahan yang ada di depannya. Kawah yang berwarna turquoise terlihat begitu cantik di bawah sinar matahari pagi. Bau belerang yang khas tercium di udara, menambah sensasi alami tempat ini. Rahayu mengambil beberapa foto, memastikan untuk mengabadikan momen yang menakjubkan ini.

Berjalan mengelilingi area kawah, Rahayu mendengar gemericik air dari beberapa titik kecil di sekitar kawah. Suara angin yang berhembus di antara pepohonan menambah suasana tenang. Dia menyadari betapa damainya tempat ini, meski dia hanya duduk sejenak menikmati pemandangan.

Setelah beberapa saat, Rahayu memutuskan untuk kembali ke bawah. Dalam perjalanan turun, dia memilih untuk berjalan kaki, menikmati setiap langkah sebagai bagian dari olahraga ringan. Jalan yang beraspal membuat perjalanan lebih mudah, dan dia bisa berhenti sejenak di beberapa titik untuk mengambil foto-foto tambahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun