Mohon tunggu...
Mr WinG
Mr WinG Mohon Tunggu... Freelancer - guru

bersepeda

Selanjutnya

Tutup

Diary

Surat Keterangan Sehat

28 Juni 2024   06:10 Diperbarui: 28 Juni 2024   07:44 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pak Mujiyono adalah seorang pria paruh baya yang tengah bersiap untuk mengikuti seleksi instruktur visitasi AKMi. Salah satu persyaratannya adalah surat keterangan sehat. Pagi itu, ia memutuskan untuk mengurusnya di Puskesmas Campang Raya. Letaknya di pinggir jalan Amirudin Umar, Sukabumi, Bandar Lampung.

Area layanan non klinik (pendaftaran, pre-klinis dan farmasi) berupa atap kanopi. Beberapa sepeda motor menempati hampir separuh area ini. Beberapa kursi tersusun rapi permanen berbaris, juga tampak beberapa kursi plastik yang disusun di area belakang kursi yang permanen tadi, sebuah meja layanan antrian, hanya berfungsi jika pengunjung ramai. Dari meja ini pengguna layanan diarahkan ke pendaftaran.  

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi
Setibanya di Puskesmas, Pak Mujiyono disambut oleh seorang petugas pendaftaran. Tanpa perlu mengambil nomor antrian, ia diminta untuk menunjukkan KTP. Petugas dengan cekatan menginput nama, tempat dan tanggal lahir, serta alamat Pak Mujiyono ke dalam komputer. Setelah itu, Pak Mujiyono membayar biaya administrasi sebesar 15 ribu rupiah dan menerima resi pembayaran.

Tak lama kemudian, namanya dipanggil. Ia diarahkan ke ruang pre-klinik untuk pemeriksaan awal. "Silakan ditimbang dulu, Pak," ujar petugas pre-klinik. Pak Mujiyono meletakkan tasnya dan berdiri di atas timbangan digital. Angka yang tertera dicatat oleh petugas. "Berat badan sudah, sekarang kita ukur tensi," kata petugas sambil mempersiapkan alat tensi digital.

Pak Mujiyono mengangkat lengan kirinya, dan alat tensi mulai memompa otomatis. "Tensinya normal, Pak," kata petugas setelah mencatat hasilnya. Kemudian, petugas membawa Pak Mujiyono ke area pintu dengan meteran manual terpasang di kusen. Pak Mujiyono berdiri tegak sementara petugas menurunkan ujung meteran hingga menyentuh bagian atas kepalanya, lalu mencatat tinggi badannya.

"Golongan darahnya apa, Pak?" tanya petugas. Pak Mujiyono menyebutkan golongan darahnya, dan informasi tersebut dicatat bersama data lainnya. "Info diri, nama, tempat tanggal lahir, alamat, berat badan, tensi, tinggi badan, dan golongan darah. Tunggu ya, Pak, agak lama karena online," jelas petugas.

Pak Mujiyono menunggu dengan sabar. Beberapa saat kemudian, namanya dipanggil lagi. "Bapak Mujiyono?" kata petugas sambil mendekat. "Suratnya untuk AKMI ya?" tanya petugas memastikan. "Ya," jawab Pak Mujiyono.

Surat keterangan sehat pun akhirnya diberikan kepada Pak Mujiyono, ia diminta menanda tangani surat tersebut, lalu ia memasukkannya ke dalam tas. Ia tersenyum lega, seraya mengucapkan terima kasih kepada petugas, seorang wanita muda mengenakan seragam putih hitam, ia lalu berjalan ke luar, menuju tempat parkir. Ia mengeluarkan pecahan 2k lalu diberikannya kepada petugas parkir di pinggir jalan, lalu ia meninggalkan Puskesmas, siap untuk tahap berikutnya dalam seleksi instruktur visitasi AKMI.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun