Mohon tunggu...
Mr WinG
Mr WinG Mohon Tunggu... Freelancer - guru

bersepeda

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tanpa Cahaya Terang

22 Juni 2024   06:23 Diperbarui: 22 Juni 2024   06:58 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di tengah rumah gelap, tanpa cahaya terang,
Lilin kecil menyala, temani malam panjang.
Kabel putus, tiang listrik roboh berantakan,
Meski rumah tak parah, hati penuh kesedihan.

Televisi pecah, tak ada gambarnya, mungkin ada, tapi tak sempurna,
Perlengkapan dapur hancur, rak piring roboh pula.
Di depan reruntuhan, Yani termenung sendiri,
Madrasah yang dicintai, kini hanya puing dan debu berseri.

Kecamatan Cugenang terasa asing, dunia lain bagi Yani,
Harapan mengajar, bersama anak-anak yang ceria kini,
Terhimpit gempa, robek impian yang dirajut,
Setiap hari, ojek jadi teman melewati medan maut.

Tanah retak, longsor mengancam langkah,
Gempa susulan mengguncang, jantung berdegup gundah.
Husen, pemuda setia, belum tampak lagi,
Khawatir di hati, takut terjebak bencana ini.

Selepas hujan, air mata tumpah di pojok kamar,
Kenangan Asep, pria yang baik tak tersasar.
Harapan sirna, cinta tak berbalas,
Kebaikan Asep, untuk semua, bukan hanya Yani yang terlepas.

Gerimis sadar, kebaikan tak punya larangan,
Korban drama, momen kecil jadi harapan.
Maafkan masa lalu, berdamai dengan penyesalan,
Pelajaran hidup, dari cinta tak terbalaskan.


Hujan tetap momen favorit, meski kenangan pahit,
Terduduk melamun, masa SMA teringat sedikit.
Payung Asep dan hujan, kenangan bercampur rasa,
Tetap tersenyum pahit, meski hati penuh luka.

Husen datang, di tengah hujan yang dingin,
Senyum ramah, membawa harapan yang tak terpaut angin.
"Kita bisa bangun kembali," katanya dengan pasti,
Madrasah akan berdiri, bersama kita nanti.

Berbicara lama, tentang masa lalu dan harapan,
Bangkit dari kehancuran, dengan tekad dan keikhlasan.
Hujan reda, hati lebih ringan merasa,
Kebaikan dan harapan, berbunga indah di tengah reruntuhan yang ada.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun