Di sudut hati yang sunyi dan tenang, Yr. Widiyati menemukan cermin  yang tersembunyi di antara kenangan-kenangan lama. Cermin itu menangkap bayangan dari masa silam, menghadirkan kembali wajah-wajah yang begitu dirindukan, mereka yang telah kembali ke pangkuan Allah SWT.
Setiap kilauan cermin itu menyimpan kenangan tentang tawa, pelukan, dan tatapan hangat. Di hadapan cermin itu, Yr. Widiyati seringkali terhanyut dalam momen-momen yang tak terlupakan. Terkadang, ia duduk berjam-jam, membiarkan dirinya terserap dalam kilauan yang menghidupkan kembali momen-momen bahagia.
Kerinduan adalah bisikan lembut yang mengalun di antara hembusan angin, menyentuh jiwa dengan kehalusan yang tak terlukiskan. Cermin itu memantulkan segala harap dan mimpi yang tertunda, seperti bayangan yang tak bisa disentuh namun begitu nyata di dalam hati. Di dalam cermin itu, Yr. Widiyati bertemu dengan mereka yang jauh di sana, dalam keheningan, dalam diam. Di sanalah, mereka berkomunikasi tanpa kata.
Cermin itu mengajarkan pada Yr. Widiyati bahwa cinta sejati tidak pernah benar-benar hilang. Ia menjadi saksi setiap rindu yang mendalam, menjaga kenangan, merawat cinta yang abadi. Di sudut hati yang sunyi dan tenang itu, Yr. Widiyati menemukan kekuatan dan kedamaian, terhubung dengan mereka yang telah pergi, namun tetap hidup dalam cermin kerinduan yang selalu ada.