Setiap tahun, razia rambut menjadi salah satu ritual yang tak terhindarkan di MTsN 1 Bandar Lampung. Para siswa sudah sangat mengenal jadwalnya. Biasanya, pihak sekolah sudah memberi peringatan melalui guru atau wali kelas sebelum razia dilakukan. Bahkan, sering kali pembina upacara mengingatkan pentingnya menaati tata tertib sekolah, termasuk aturan tentang pakaian seragam dan rambut.
Tim 7K, yang bertugas melakukan razia, biasanya bergerak cepat dan efisien. Mereka akan memotong sedikit bagian rambut siswa yang sudah melebihi ketentuan, dengan harapan siswa tersebut akan melanjutkan potongan rambutnya ke tukang pangkas rambut. Peraturan tentang rambut ini jelas tertuang dalam tata tertib sekolah: rambut harus rapi, bersih, dan tidak boleh melebihi kerah kemeja bagi siswa pria, sedangkan siswa putri harus memastikan rambut mereka selalu disisir rapi.
Pagi itu, suasana di sekolah terasa tegang. Para siswa berbisik-bisik di koridor, mengkhawatirkan razia rambut yang dikabarkan akan dilakukan hari ini. Joko, seorang siswa kelas 8, merasa percaya diri karena dia sudah memastikan rambutnya dipotong sesuai aturan. Namun, delapan siswa lainnya tidak seberuntung dia. Rambut mereka sedikit panjang dan belum sempat dipotong.
Ketika bel berbunyi, tanda dimulainya razia, Tim 7K mulai menyisir kelas demi kelas. Suasana kelas menjadi sunyi senyap ketika mereka masuk. Siswa yang rambutnya tidak sesuai aturan segera dibawa ke depan untuk dipotong sedikit sebagai peringatan.
Joko melihat dengan cemas saat delapan temannya dibawa ke depan kelas. Tim 7K dengan cekatan memotong sedikit rambut mereka. Meskipun hanya sedikit, potongan itu cukup untuk memberi mereka dorongan untuk segera pergi ke tukang pangkas rambut.
Kejadian-kejadian ini menimbulkan perdebatan tentang cara memberikan sanksi yang tepat. Beberapa guru dan orang tua merasa bahwa pemberian sanksi harus dilakukan secara persuasif dan tidak berlebihan. Mereka berpendapat bahwa memotong rambut siswa sebagai bentuk peringatan seharusnya dilakukan dengan bijak dan tidak sampai merendahkan martabat siswa.
Namun, ada juga yang merasa bahwa razia rambut adalah bagian penting dari disiplin sekolah. Mereka percaya bahwa tindakan tegas diperlukan untuk menjaga ketertiban dan mendorong siswa untuk mematuhi aturan.
Di sekolah, penting untuk menegakkan aturan dengan cara yang mendidik, bukan menghukum secara berlebihan. Dengan demikian, siswa akan belajar untuk menaati peraturan dengan penuh kesadaran, bukan karena takut akan sanksi yang memalukan. Razia rambut, jika dilakukan dengan cara yang benar, dapat menjadi alat yang efektif untuk melatih ketertiban diri tanpa harus mengorbankan harga diri siswa.
Ketika razia selesai, Joko merasa lega karena berhasil lolos tanpa masalah. Dia menyadari betapa pentingnya mematuhi aturan sekolah. Sementara itu, delapan temannya yang rambutnya dipotong sedikit, meskipun merasa malu, akhirnya mengerti bahwa aturan ada untuk kebaikan mereka sendiri. Mereka berjanji pada diri sendiri untuk lebih memperhatikan aturan sekolah ke depannya, dan bersama-sama, mereka belajar bahwa ketertiban dan disiplin adalah bagian penting dari perjalanan mereka sebagai siswa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H