Mohon tunggu...
Mr WinG
Mr WinG Mohon Tunggu... Freelancer - guru

bersepeda

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gapailah Cita-citamu

7 Juni 2024   06:53 Diperbarui: 7 Juni 2024   07:00 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sebuah sekolah di pinggiran kota, sebuah acara perpisahan digelar untuk Yully, seorang siswi yang telah menyelesaikan pendidikannya setelah tiga tahun mengarungi perjalanan di sekolah itu. Di antara suka dan duka, di antara tawa dan tangis, mereka berkumpul untuk melepas Yully yang akan melangkah ke babak baru dalam hidupnya.

Suasana haru mewarnai ruangan saat Yully berdiri di depan teman-temannya, mengucapkan kata-kata terima kasih atas segala kenangan indah yang telah mereka bagi bersama. Namun, di balik senyumnya, Yully juga merasakan kegelisahan akan masa depan yang menantinya.

Di tengah tatapannya yang penuh harap, ia menyimak dengan seksama kata-kata nasihat dari guru-guru dan para tetua yang hadir di acara itu. Puisi perpisahan yang dibacakan di atas panggung menggugah hatinya. "Gapailah cita-citamu," bunyi kata-kata terakhir dari puisi itu menggema di benaknya.

Setelah acara itu selesai, Yully duduk di sudut halaman sekolah, memandangi langit yang mulai senja. Di tangannya, ia menggenggam selembar kertas kosong, siap menerima jejak langkahnya yang akan datang.

Malam itu, Yully duduk di meja belajarnya, ditemani secangkir teh hangat. Di hadapannya, selembar kertas putih terbuka, menantikan coretan pena yang akan membentuk perjalanan hidupnya selanjutnya. Dengan hati yang penuh semangat, ia mulai menulis.

Tulisan demi tulisan tercipta, menciptakan kisah baru yang akan mengiringi langkahnya. Yully merenung, memikirkan kata-kata bijak yang pernah ia dengar dari guru-guru dan tetua-tetua di sekolahnya. Ia merasa semakin yakin bahwa ia bisa melangkah dengan mantap menuju masa depan yang ia impikan.

Hari demi hari, Yully terus berjuang. Ia menghadapi rintangan dan tantangan dengan kepala tegak dan hati yang penuh keyakinan. Setiap kata nasihat dari puisi perpisahan itu menjadi pijakan yang kuat baginya.

Meskipun kadang-kadang ia merasa lelah dan ingin menyerah, Yully selalu mengingat kata-kata terakhir dari puisi itu: "Gapailah cita-citamu." Itu menjadi mantra yang menguatkan langkahnya, mengingatkannya bahwa di balik setiap kesulitan pasti ada kemungkinan untuk meraih impian.

Dan akhirnya, setelah melewati banyak cobaan dan rintangan, Yully berhasil meraih cita-citanya. Ia menjadi sosok yang berguna bagi masyarakat dan bangsanya. Namanya pun bersinar, mengharumkan nama almamaternya di mana pun ia berada.

Ketika ia melihat kembali puisi perpisahan itu, ia tersenyum. Meskipun sudah lama berlalu, kata-kata itu masih tetap hidup di dalam dirinya. Ia berjanji pada dirinya sendiri untuk selalu menggapai cita-citanya, tidak pernah berhenti berjuang, dan selalu mengingat nasihat-nasihat dari masa lalu yang menjadi cahaya pemandunya.

Yully, seorang yang menggapai cita-citanya dengan gigih dan penuh semangat, menginspirasi banyak orang di sepanjang perjalanan hidupnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun