Di sebuah kampus yang sibuk, seorang mahasiswa semester akhir bernama Fathi tengah berjuang melawan kendala teknis yang membuatnya gelisah. Laptopnya, setia menemaninya dalam perjalanan akademis, tiba-tiba menjadi pemicu kekhawatiran.
Awalnya, masalah muncul dengan tampilan layar yang hanya hitam pekat. Fathi mencoba segala trik yang diketahui, tetapi laptopnya tetap bersikap bandel. Terkadang, mesinnya berbunyi seperti motor yang sedang dipanaskan, membuatnya semakin cemas akan nasib laptopnya.
Fathi tidak putus asa. Dia mencoba membuka laptopnya dan membersihkan debu dengan kompresor tambal ban, sesuai saran dari temannya, Winarno. Namun, masalah terus muncul dengan berbagai gejala yang membuatnya semakin frustasi.
Saat tesisnya hampir selesai dan jadwal sidang semakin dekat, Fathi semakin tertekan dengan keadaan laptopnya yang tidak stabil. Setiap langkah yang diambilnya, dari mencari Dosen Pembimbing hingga menyiapkan berkas-berkas, dilakukan dengan penuh ketegangan.
Puncaknya terjadi saat layar laptopnya bergerak sendiri tanpa disentuh, seperti memiliki pikiran sendiri. Fathi mencoba menghubungi beberapa teknisi, dan akhirnya, setelah beberapa percobaan dan pemeriksaan, dia mendapat jawaban dari teknisi bahwa ada konslet pada komponen yang mengarah ke layar.
Dengan dana yang terbatas, Fathi memutuskan untuk memperbaiki laptopnya. Biaya yang diperlukan tidak sedikit, tapi Fathi yakin bahwa ini adalah investasi untuk menyelesaikan studinya dengan baik. Setelah proses perbaikan yang panjang, akhirnya, laptopnya kembali berfungsi.
Namun, tantangan belum berakhir. Fathi masih harus mengatasi masalah update dan kemungkinan harus menginstal ulang Windows. Meskipun demikian, dia merasa lega bahwa setidaknya laptopnya kembali berfungsi, dan dia siap menghadapi sisa tantangan akademisnya dengan semangat yang baru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H