Baca teks berikut
Terdengar derap langkah riuh di koridor MTsN 1 Bandar Lampung, sebuah sekolah menengah yang ramai dengan aktivitas pelajar. Pelajaran Matematika tengah berlangsung dengan serius, namun di antara siswa-siswa yang berkonsentrasi, ada satu sosok yang agak gelisah. Itu adalah Joko, seorang siswa yang duduk di barisan depan.
Saat jam pelajaran ketiga hampir berakhir, tepat lima menit menjelang bel berbunyi, ponsel Joko bergetar dengan lembut di dalam saku seragamnya. Dengan cepat, dia mengeluarkan ponselnya dan melihat pesan masuk dari Tugiyo, sahabat karibnya.
"Bentar, gue ada urusan penting, mau keluar sebentar," bisik Joko kepada teman sebangkunya sambil menyelinap keluar dari kelas.
Di luar, Joko membuka pesan dari Tugiyo dengan cemas. Pesan singkat itu memberitahunya bahwa Pak Iqbal, salah satu guru mereka yang disukai banyak siswa karena kebaikan dan ketegasannya, sedang dirawat di RSU Abdul Muluk. Tanpa berpikir panjang, Joko langsung merespons pesan tersebut dengan sepatah kata, "Oke."
"Tugi, gimana keadaannya Pak Iqbal?" tanya Joko langsung begitu bertemu dengan sahabatnya.
Tugiyo menggelengkan kepala dengan ekspresi sedih. "Kabar terakhirnya kurang baik, Joko. Dia butuh dukungan kita sekarang."
Saat menuju ruangan Pak Iqbal di RSU Abdul Muluk, Joko dan Tugiyo berjumpa dengan Cak Lis, salah seorang perawat jaga di paviliun Betik Hati.
"Nak, mau kemana?" tanya Cak Lis ramah.
"Mau menjenguk Pak Iqbal," jawab Joko.
Cak Lis menggelengkan kepalanya sedikit, "Disini gak ada pasien bernama Iqbal, dia di ruang anggrek."