Mohon tunggu...
Mr WinG
Mr WinG Mohon Tunggu... Freelancer - guru

bersepeda

Selanjutnya

Tutup

Diary

Berkenalan dengan Rifat

9 Maret 2024   19:12 Diperbarui: 9 Maret 2024   19:21 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Hari itu, langit Bandar Lampung cerah menyambut pagi yang baru. Rifat, seorang anak laki-laki berusia delapan tahun, terbangun dengan semangat di dalam kamarnya yang nyaman di Jl. Hendro Suratmin, Sukarame. Di sebelahnya, adik perempuannya, Sasya, masih terlelap dalam tidurnya yang lelap.

"Sudah pagi, Rifat!" seru ibunya, Intan, sambil mengetuk pintu kamarnya dengan lembut. "Bangun, sebentar lagi kita harus berangkat ke sekolah."

Rifat segera bangun, teringat akan pelajaran Tahsin Tahfid Quran yang dia sukai begitu banyak. Ia sudah hampir menyelesaikan hafalan juz 30, hanya tinggal surat An-naba yang belum ia selesaikan. Hari ini, dia bertekad untuk menyelesaikan hafalan itu.

Setelah sarapan pagi bersama keluarga, Rifat dan Sasya bersiap-siap untuk berangkat ke SD IT Ar-Rouf, sekolah tempat mereka belajar. Sekolah itu terletak di dekat Rumah Sakit Bumi Waras, hanya beberapa menit dari tempat tinggal mereka.

Saat tiba di sekolah, Rifat langsung menuju kelasnya. Dia duduk di kelas 3 bersama 28 teman sekelasnya. Wajah-wajah ceria menyambutnya saat dia masuk ke dalam ruangan. Rifat merasa beruntung memiliki teman-teman sekelas yang baik dan ramah.

Pelajaran hari itu dimulai dengan membaca Al-Quran. Rifat dengan penuh semangat mengikuti bacaan guru dan teman-temannya. Setelah itu, mereka memulai pelajaran bahasa Indonesia. Namun, pikiran Rifat terus melayang pada hafalan surat An-naba yang belum selesai.

Setelah pulang sekolah, Rifat langsung menuju ke ruang belajar di rumahnya. Dengan tekun, dia mulai mengulang-ulang hafalan surat An-naba. Setiap ayat dia baca dengan penuh konsentrasi, dan perlahan-lahan, ia mulai mengingat setiap kata-kata yang harus dihafal.

Namun, tidak hanya belajar yang membuat hidup Rifat menyenangkan. Setelah menyelesaikan tugasnya, dia sering menghabiskan waktu dengan bermain kartu gambar karakter Naruto bersama teman-temannya di sekitar rumah. Mereka bermain dengan riang gembira, tertawa dan berteriak dengan antusiasme.

Hingga akhirnya, setelah berhari-hari berusaha keras, Rifat berhasil menyelesaikan hafalan surat An-naba. Sebuah kebanggaan yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Ia merasa senang dan puas dengan pencapaiannya.

Malam itu, Rifat tertidur dengan senyum di bibirnya. Dia bersyukur atas keluarga yang selalu mendukungnya, teman-teman yang menyenangkan, dan keberhasilannya dalam menyelesaikan hafalan Al-Quran. Baginya, kehidupan adalah sebuah petualangan yang penuh warna, yang selalu diisi dengan kegembiraan dan pencapaian baru.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun