Pagi datang dengan tenang, kicauan burung seperti biasanya di cemara. Mata mulai berat namun pertanyaan belum terjawab. Rasa dan angan belum beranjak dari masa silam. Dia datang dan pergi, itulah kenangan. Kenangan yang diharapkan menjadi rangkaian cita-cita. Matahari mulai menanjak, embun hampir mengering, air mata terasa asin dilidah yang kelu.
Kemarin tawa membahana, kini hilang terbungkam dusta. Tangisan haru dalam cerita berganti luka dan air matanya. Tak ada kata-kata merangkai jawaban. Hanya harapan dalam hati, kelak ketika aku seperti mentari yang selalu terbit di timur tanpa berjanji, kau masih disitu menanti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H