Mohon tunggu...
MRP
MRP Mohon Tunggu... Pengacara - Lawyer & Social Worker

Ordinary Man

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Semoga

16 Oktober 2011   23:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:52 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pagi datang dengan tenang, kicauan burung seperti biasanya di cemara. Mata mulai berat namun pertanyaan belum terjawab. Rasa dan angan belum beranjak dari masa silam. Dia datang dan pergi, itulah kenangan. Kenangan yang diharapkan menjadi rangkaian cita-cita. Matahari mulai menanjak, embun hampir mengering, air mata terasa asin dilidah yang kelu.

Kemarin tawa membahana, kini hilang terbungkam dusta. Tangisan haru dalam cerita berganti luka dan air matanya. Tak ada kata-kata merangkai jawaban. Hanya harapan dalam hati, kelak ketika aku seperti mentari yang selalu terbit di timur tanpa berjanji, kau masih disitu menanti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun