Candi Portibi merupakan salah satu aset budaya milik Sumatera Utara. Terletak di Padang Bolak di Daerah tingkat II Kabupaten Padang Lawas Utara, kabupaten pemekaran Tapanuli Selatan. Didirikan oleh Raja Rajendra Cola yang menjadi Raja Tamil Hindu Siwa, di India Selatan yang diperkirakan sudah berusia ribuan tahun. Kerajaan portibi merupakan kerajaan yang sangat unik. Keunikan pertama dari segi namanya yaitu portibi, Portibi dalam bahasa Batak artinya dunia atau bumi. jadi dapat diartikan kerajaan portibi merupakan kerajaan dunia. Keunikan kedua, portibi merupakan pelafalan Batak atas kata Pertiwi atau di India dikenal dengan nama Pritvi. Nama Pritvi ini sekarang dipakai menjadi nama sebuah rudal India. Diduga, intrusi orang-orang Hindu secara organisasi kemiliteran terjadi hanya di daerah ini di tanah Batak.
Kedatangan orang Hindu tersebut diduga berdasarkan kepentingan ekonomi dalam perebutan sumber emas yang menjadi komoditas berharga saat itu. Sebab Kerajaan Portibi sangat dikenal sebagai tanah emas karena di wilayah ini sangat mudah didapati emas dengan hanya menyiramkan air ke tanahnya. Bahkan tanah batak juga sangat dikenal sebagai tanah yang paling disukai ‘Tuhan’ karena hanya disinilah tumbuh sebuah pohon yang sangat disukainya yakni kemenyan yang bermutu tinggi. Kini candi tersebut terlupakan dari perhatian pemerintah sehingga keadaannya sangat memprihatinkan.
Terdapat 3 bangunan candi di perkampungan Bahal dengan bentuk bangunan yang berbeda dan terpisah di beberapa tempat yang tidak terlalu jauh jaraknya. Candi pertama terletak tidak jauh dari di simpang bahal yang bangunannya lebih besar dibandingkan kedua candi yang lain. Candi kedua letaknya lebih dekat dengan perkampungan warga Sibatuloting sedangkan candi ketiga bangunannya lebih kecil dibandingkan dengan bangunan candi lainnya yang terletak di pertengahan kebun milik warga. Pemandangan di sekitar candi masih asri dengan hamparan sawah yang menghijau dan juga perkebunan sawit milik warga.
Kondisinya tampak kurang terawat dan kian waktu kian terpuruk kelestariannya. Di dalam bangunan candi terdapat ruangan kecil yang menyebarkan aroma tidak sedap akibat kotoran hewan hingga kotoran manusia sedangkan relief di sekitar candi sendiri sudah banyak yang rusak dan hilang. Lingkungan disekitar candi sangat kotor dipenuhi rumput liar dan ilalang yang sudah tampak meninggi. Di depan bangunan candi terdapat sebuah laboratorium yang bangunannya sudah tidak berdiri kokoh lagi.
Dinas kebudayaan sendiri kurang perhatian untuk pelestarian bangunan dan tidak memperhatikan kondisi jalan menuju Candi Portibi. Sehingga membuat wisatawan mancanegara maupun lokal enggan untuk mengunjunginya. Sebenarnya kalau dinas pariwisata Paluta dapat mengembangkan objek wisata ini akan dapat meningkatkan PAD masyarakat setempat dan bukan mustahil Candi ini dapat menjadi objek tujuan wisata andalan di Sumatera Utara,.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H