Pagi berganti malam Libby mempersiapkan pelengkapan Niji yang hendak dibawanya kerumah sakit. Setelah memilih beberapa pakaian yang menurutnya Niji perlukan dirumah sakit.
Niji perlu baju ganti, lalu besok aku harus merapikan kamarnya lalu.. Untuk apa aku melakukan semua ini.. Sejak awal harusnya aku tidak masuk kedalam dunianya.. kenapa aku harus jatuh cinta padanya..
Ucap Libby disela tangisnya, setelah menyeka tangisnya terlihat disudut ruang kerja Niji ada sebuah kanvas bertutup sehelai kain. Dengan rasa penasaran yang tinggi Libby pun membuka kanvas besar tersebut. Terlihat didalam kanvas sebuah lukisan yang sangat indah ternyata itu adalah lukisan dirinya bersama Niji ditaman yang mereka kunjungi beberapa waktu yang lalu.
Lukisan tersebut masih belum sempurna, buktinya gambar laki – laki dalam lukisan itu masih belum sempurna. Dari pada Libby makin lama mengulur waktu, akhirnya libby pergi menemui Niji dirumah sakit.
“kenapa mesti datang lagi sih ? sudah aku bilang aku tidak perlu kamu. Kamu bukan siapa – siapa untuk aku, pulang lah”
Kali ini aku apapun yang kamu katakana, aku tidak akan bimbang..
“Pulang sana!”
Karena aku tahu, aku ada didunia mu..
Duduklah Libby disamping Niji dan memegangi tangannya, tiba – tiba menolehlah Niji padanya untuk pertama kalinya Niji menoleh padanya.
“Hei, kamu tidak sendirian karena aku akan selalu berada didekat mu apapun yang terjadi padamu. Bukan kamu yang bilang padaku kata – kata itu, kali ini aku akan katakana berkali – kali pada mu kamu tidak sendirian karena aku akan selalu berada didekat mu apapun yang terjadi padamu. Memang begitu, kan ?” tangis bercampur senyum terlihat diwajah Libby.
Kali ini Niji melepaskan genggaman Libby bukan Libby yang menggenggam tangannya melainkan Niji yang menggenggam tangan Libby. Tanpa disadari Niji menangis mendengar kata – kata tersebut bukan hanya menangis Ia merasa egois Ia mengganggap penyakit yang dideritanya membuat Libby meninggalkannya tapi ternyata tidak semakin dilarang semakin kuat tekat Libby untuk menemuinya bahkan merawatnya dengan penuh kasih sayang.
“Justru aku diberi semangat olehmu. Sebenarnya setiap hari aku cemas dan takut akan penyakitku aku menyibukan diri dengan perkerjaanku tanpa memikirkan perasaan mu sedikit pun. Kamu tetap setia menunggu ku walaupun aku jarang memberikan kabar pada mu, kamu masih ada didekatku dan memberikan aku segudang perhatian yang engga akan perah bisa aku balas sampai kapanpun. Aku lemah dan curang aku berada di sampingmu untuk menghilangkan kesepianku, mempermainkan perasaanmu dan kemudian pergi. Tapi aku sadar sekarang aku tidak bisa berpisah denganmu.” Ungkap Niji.
“Syukurlah kamu tidak membenciku. Mulai saat ini aku akan selalu ada di sampingmu”
***
Hari berganti hari kondisi Niji semakin membaik, tepat hari ini dokter mengijinkannya untuk pulang, setelah menjalani beberapa pemeriksaan Niji pulang menuju apartementnya. Tampaknya laki – laki tersebut tampak kagum saat kembali keapartement itu semuanya tampak bersih dan rapi tidak terlihat barang – barang yang berantakan ketika terakhir kali dia melihat kamar itu.
“Kau pasti rajin membersihkan apartement ku”
“Hm sedikit habis berantakan sekali,” sambil mendorong kursi roda Niji.
“Hey, kau sudah liat lukisan disudut ruang kerja ku ? aku ingin menyelesaikannya dihadapan jendela sana. Kebetulan pemandangannya sangat indah.”
“Tunggu sebentar”
Setelah mengambil beberapa peralatan dan kanvas besar itu Niji kembali melanjutkan lukisan tersebut. Lukisan yang sangat indah dan membuat siapa saja kagum melihat lukisan tersebut.
“Kamu tahu kenapa aku melukis ini ?”
“Hm, entahlah mungkin Niji memikirkanku hehe”
“Ya, karena aku selalu memikirkan mu” ucap laki – laki itu tulus.
Terlihat bersamaan muka sepasang kekasih tersebut memerah. Dengan pelan dan lembut warna – warna tersebut bercampur. Perhatian kecil Libby tak luput dari Niji. Akankah aku melihat Niji melukis lagi ? Semuanya adalah takdir Niji.. Nyawa Niji.. Sebenarnya aku ingin menghentikan waktu.. Aku ingin kamu terus berkilauan seperti lukisan yang warnanya tidak pernah pudar.. Selamanya tidak pernah hilang.. Tapi.. Bagaimanapun aku memohon, waktu terus berlalu.. Dan tak bisa berhenti..
“By, kok diam kamu tidur ya ?” ucap Niji
Tak terdengar lagi suara Libby, lama Niji tak mendengar suara Libby. Dengan rasa penasarannya Ia pun menoleh kearah Libby, terlihat gadis itu tertidur sangat pulasnya tanpa pikir panjang lagi Niji mengambilkan sebuah selimut hangat agar gadis itu tak merasakan kedinginan, dinaikannya suhu ruangan agar ruangan itu hangat. Sambil melanjutkan lukisannya, Niji mengambil sehelai tissu untuk menyeka darah yang keluar dari hidungnya, dengan cepat Ia membersihkan darah tersebut agar Libby tak melihatnya dengan keadaannya.
Hari semakin larut Libby terbangun dari tidurnya yang lelap, ketika Ia membuka mata suasana ruangan tersebut tampak sepi. kemana Niji ? pikir gadis itu. Terdengar suara pintu yang terbuka siapa kah yang datang ? ternyata itu Niji dengar tangan yang penuh membawa berbagai macam barang. Tanpa basa – basi lagi Libby membantu laki – laki itu untuk mengangkat belanjaan tersebut.
“Kenapa kau tak membangunkan ku ?”
“Habis kamu tidur jadi dari pada aku bosan menunggumu tidur, aku memutuskan untuk pergi ke minimarket diseberang jalan”
“Kalo terjadi sesuatu hal terhadap kamu aku engga tahu”
“Haha, tenang saja aku sudah sehat Libby, ayo kita masak”
“Baiklah”
Mereka memasak bersamaan terdengar canda tawa dari arah dapur, canda tawa yang mungkin tak akan Libby dengar lagi. Setelah makan malam Niji menunjukan lukisan yang telah Ia selesaikan, lukisan berbingkai indah tersebut dengan balutan warna – warna yang sangat indah membuat Libby terpana dengan lukisan itu, sementara Libby sibuk memperhatikan lukisan tersebut tiba – tiba Niji memeluknya dari belakang spontan membuat Libby kaget dan jantungnya seakan berdegup dengan kencangnya. Hangatnya tubuh Niji membuat Libby enggan melepaskan pelukan tersebut, saat itu terdengar Niji membisikan sebuah kata “aku mencintaimu By”. Tanpa terasa Nijipun mencium Libby suasana malam itupun terasa semakin indah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H