Mohon tunggu...
Mr Lolipop
Mr Lolipop Mohon Tunggu... -

:) i'm sorry, i can't be perfect..

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

If I Love You.. (Bagian II)

6 Mei 2012   02:23 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:39 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mentari pagi menyinari seisi kamar Libby, terdengar kicauan burung begitu merdu membuat gadis berwajah oriental tersebut membuka kedua matanya.

Pagi yang indah..

Ucap gadis tersebut dalam hati. Setelah membersihkan tempat tidurnya, dengan cepat Ia pun segera menuju kamar mandi. Terdengar senandung – senandung kecil dari arah kamar mandinya.

15 menit berlalu Libby pun selesai. Setelah mencari baju, Libby memutuskan untuk mengenakan dress putih dengan garis hitam disekitar roknya dan dandanan simple khas Libby membuatnya tampak lebih bercahaya seperti mentari pagi menyinari pagi ini.

Tak lama kemudian terdengar bell berbunyi dari arah pintu masuk.

Niji..

Pikir gadis itu, segera Ia mengambil tas dan membukakan pintu untuk Niji. Terlihat dibalik pintu Niji menunggunya.

“Kau tampak cantik By,” Puji Niji pada gadis tersebut.

“Makasih, jadi bisakah kita berangkat ?”

“Oh, iya bisa”

“Sebentar aku kunci pintu dulu.”

Berangkatlah mereka menuju pameran disebuah Mall. Didalam mobil terdengar celotehan khas Libby yang membuat suasana menjadi nyaman. Niji yang semula pendiam dan menyendiri semenjak ketemu gadis tersebut sikapnya berubah. Entah daya tarik apa yang membuat gadis tersebut dapat mengubah laki – laki tersebut seperti sekarang. Sampailah mereka dipameran itu, untuk pertama kalinya Libby berkunjung kesebuah pameran yang menurutnya adalah tempat paling aneh dengan berbagai macam karya terpajang disana. Susasana pameran yang ramai membuat orang – orang berdesakan, tak terasa Libby merasakan ada sesuatu yang hangat mengengam erat tangannya. Tangan yang begitu besar dan hangat membuatnya merasa nyaman berada disamping Niji.

Niji menjelaskan semua tentang lukisan pada Libby dari karya Leonardo da Vinci sampai karya – karya Affandi. Ternyata dengan mendengarkan penjelasan Niji dapat membunuh kebosanan yang melanda, ternyata malah menambah Libby semakin bosan.

“Hey sini..” kata Niji menyadarkan Libby dari lamunan sesaatnya.

“Oh, iya. Maaf ngelamun dikit,” sambil tertawa kecil.

“Sini..”

Tanpa sengaja Niji menarik Libby kedalam pelukannya. Pelukannya yang hangat dan nyaman membuat muka gadis tersebut memerah, bukan cuman mukanya saja yang memerah Ia dapat merasakan debaran jantungnya yang makin lama makin berdetak dengan kencangnya. Ia dapat merasakan jantungnya seperti meloncat keluar.

“Aku melakukan semua ini karena aku sayang kamu, dan aku akan selalu memastikan bahwa kamu baik – baik saja,”

“Niji..”

Setelah itu Niji pun melepaskan pelukan nya kepada gadis tersebut.

“Ayo, kita jalan lagi. Aku ingin menunjukan suatu lukisan yang sangat indah pada mu,” seraya menggenggam tangan Libby.

“Memang lukisan apa ?”

“Lihat saja nanti..”

Lalu mereka pergi menuju lukisan yang akan diperlihatkan Niji pada Libby. Gadis itu berharap agar laki – laki tersebut tidak melihat mukanya yang memerah akibat pelukannya. Mereka sampai pada lukiasan tersebut.

“Menurutmu bagaimana lukisan ini ? Aku suka karya lukisan ini pemandangan Surga yang sangat indah, suatu saat aku ingin melukis apa itu Surga. Agar orang tersebut dapat selalu tersenyum,”

“Aku tidak mengerti apa maksud ucapan mu Niji ?”

“Suatu saat kamu pasti tahu semua ucapan ku”

Hanya senyuman kecil terlihat dari wajah Niji yang membuat gadis tersebut semakin bingung dengan maksud ucapan laki – laki tersebut.

“Hei, kamu sudah lapar ?”

“Sedikit..”

“Ayo kita makan, aku tahu kalau kamu diam kamu pasti lapar,”

“Nijiiii..! Apaan sih,” sambil memukul Niji

“Hahahaha, iyaa iyaaa. Ayo kita makan disana,”

“Iya..”

****



“Kenyaaaaangggg…” kata gadis tersebut sambil memegang perutnya.

“Hahaha, gimana masakan disini kamu suka ?” tanya Niji sambil menyerup kopinya.

“Hmm, sebenarnya masih kurang. Niji makan ice cream yoo” bujuk gadis tersebut padanya.

“Hah! Masih mau makan lagi ? Ternyata, badanmu yang kecil itu menipu juga ya.”

“Nijiii..!” seraya mencubit lengannya Niji.

“Baiklah, ayo kita makan ice cream disana.”

Pergilah mereka menuju kedai kecil didekat sebuah taman. Setelah memesan 2 ice cream mereka akhirnya memutuskan untuk duduk sebuah bangku taman yang menghadap danau yang sangat indah dan airnya yang jernih. Diseberang danau terlihat beberapa orang sedang bermain kapal dan beberapa orang sedang mengobrol bersama teman – temannya.

“Hei seandainya kamu dapat mengubah kenyataan, kenyataan apa yang akan kamu ubah By ?” ucap laki – laki tersebut pada Libby.

“Entahlah, bukankah banyak hal yang tak dapat diubah di dunia kan ?”

“Itu benar, dan kamu tahu kenyataan yang engga akan pernah aku ubah adalah kenyataan bahwa aku menyayangimu dan itu adalah kenyataan yang tidak dapat diubah oleh siapapun”

Kata – kata yang diucapa laki – laki tersebut membuat dunia Libby berhenti sesaat, detak jantungnya yang semula normal menjadi tidak beraturan, terlihat sekilas wajahnya yang memerah.

Walaupun Niji adalah laki – laki yang sangat dingin dan termasuk laki – laki yang sangat tidak peduli pada wanita, semenjak gadis itu datang dihidupnya membuat hari – harinya bahagia walaupun Niji sangat sibuk dengan berbagai bisnis peninggalan keluarganya.

Semenjak orang tuanya meninggal Niji lah pewaris satu – satunya perusahaan orang tuanya. Hari semakin sore saatnya Niji dan Libby pun kembali pulang/

“By, kamu memikirkan sesuatu ya ?”

“Entahlah, mungkin aku hanya merasa aneh. Belakangan ini mukamu agak terlihat pucat, kamu sakit Niji ?”

“Mungkin hanya kurang istirahat, By.”

“Kamu pulang jangan mikir pekerjaan, sekali – sekali santai Niji. Kamu juga harus memeriksa kesehatanmu. Perlu aku yang mengantarmu kerumah sakit untuk memeriksa kesehatan mu ?”

“Ah, aku baik – baik saja By. Hanya butuh istirahat 2 – 3 hari mungkin aku sudah kembali sehat,” Ucap Niji agar gadis tersebut tidak memaksanya pergi kerumah sakit.

Pulanglah mereka, menuju apartement Libby. Tidak banyak kata yang keluar dari mulut Libby selama diperjalanan. Gadis itu memikirkan ada sesuatu yang terjadi pada Niji, tetapi laki – laki tersebut tidak mau jujur pada Ia.

“Kita sudah sampai,” kata Niji dengan senyum kecil dibibirnya.

“Kamu yakin tidak apa – apa Niji ?” ucap gadis itu agar perasaannya yang risau kembali tenang.

“Aku tidak apa – apa, aku hanya perlu istirahat By. Sekarang kamu masuk ya, nanti malam aku akan menelpon mu”

“Hmm, baik lah. Hati – hati” sambil mencium pipi Niji

“Iya..”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun