Mohon tunggu...
Syamsuddin Ruppa
Syamsuddin Ruppa Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Sederhana sebagai guru, agresif sebagai pemimpi yang sangat ingin Indonesia merdeka.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kepada Anak-anak Saya, Apa Yang Harus Saya Katakan Tentang Indonesia?

15 November 2013   04:34 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:09 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Ketika mempelajari Indonesia saat saya di kelas VI Sekolah Dasar, guru saya mengenalkan kepada kami murid-muridnya bahwa Indonesia itu adalah negara yang kaya raya. Kata beliau, segala jenis tanaman dapat tumbuh dengan baik di tanah tropis yang membentang bak untaian mutirara dari Sabang hingga Merauke. Segala jenis bahan tambang juga ada di dalam perut bumi Nusantara kita ini. Belum lagi keragaman biota lautnya. Sungguh sebuah negeri yang dipenuhi sumber kekayaan.

Tak lupa pula guru saya memberi pengarahan tentang sopan santun, membina sifat gotong-royong, serta meninggikan toleransi. Karena, konon seperti itulah memang dari sejak nenek moyang bangsa Indonesia berkiprah di bumi Nusantara ini.

Saya tidak sedang ingin menyalahkan guru saya dengan mengenalkan Indonesia sebagai sebuah negeri yang kaya raya kepada kami, yang mengarahkan kami untuk bersopan santun, saling bergotong-royong, dan banyak hal lainnya, meskipun pada akhirnya sekarang ini Indonesia yang saya kenal adalah sebuah negeri yang penduduknya lebih gampang mengumbar emosi daripada menggunakan kerendahan hati untuk hidup lebih damai dan bermartabat, perilaku mengabaikan hak yang lainnya dan mengutamakan ketinggian hatinya.

Negeri yang kami saksikan sekarang ternyata adalah negeri yang seakan dibiasakan menjadi negeri badut, yang membuat sebagian dari kami tetap berjalan santai sambil tersenyum, melambaikan tangan dan jempolnya pada hal jaket oranye KPK sedang terpasang rapi melingkupi tubuhnya yang gagah tanpa cela.

Untuk guruku yang kami yakin tak satupun dari pengarahanmu mendewasakan kami itu salah, negeri yang engkau kenalkan kepada kami, sekarang telah berubah menjadi bangsa yang tidak perlu merasa malu, diantara kami masih saja bisa berpesta di tengah kemewahan meskipun di sudut kampung ada yang menunggu waktu kematiannya sambil menahan rasa lapar. Indonesia, yang engkau bangga menceritakan kepada kami anak-anakmu, sekarang telah berubah menjadi sarang penyamun yang membiarkan sebagian yang lain menderita di kolong jembatan sambil dengan congkaknya keluar masuk antara rumah besar dan apartemen mewahnya.

Saya ceritakan ini bukan untuk membuat engkau kecewa terhadap harapan-harapanmu tentang Indonesia, akat tetapi sebagai rasa bersalah saya, karena diantara kami, khususnya mereka yang saat ini sedang "berkuasa" lebih memilih membeli cabe dari Thailand, bawang merah dari Malaysia, ataupun daging sapi dari Australia, daripada membagi uang rakyat tersebut untuk memberdayakan petani dan peternak di desa. Mereka memilih jalan itu untuk mempertegas bahwa Indonesia itu adalah lahan empuk bagi koruptor.  Karena mereka sangat paham, setelah bergelar koruptor akhirnya dapat pensiun pula.

Anggaplah bahwa ceritaku ini sebagai bentuk kebingungan saya diantara harapan-harapan yang engkau letakkan di pundak kami anak-anakmu dengan kenyataan yang kualami kini tentang Indonesia. Karena seiring dengan pergantian waktu, dan ketika tugasmu beralih menjadi tanggungjawab saya, sekali lagi arahkan saya, kepada anak-anak saya, apa yang harus saya katakan tentang Indonesia?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun