Mohon tunggu...
Ma'arif Renggo Djamil
Ma'arif Renggo Djamil Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Just someone who is trying to write.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Al-Anbiyaa 30-33

29 Oktober 2014   05:15 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:21 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Big bang theory, sebuah konsep tentang bagaimana bumi dan langit atau alam semesta berasal. Tidak ada yang tahu kapan dan bagaimana bumi lahir secara pasti, semua ahli hanya bisa mempunyai ide kasar dan penemuan-penemuan ilmiah yang mendukung semua ide dan teori yang mereka punya, dan pada akhirnya, big bang theory adalah konsep yang paling mendekati dan akurat tentang bagaimana alam semesta dan bumi lahir. Tapi tetap, bukan sesuatu yang pasti, hanya yang paling medekati kebenaran.

Dirunut dari awal, tidak ada yang namanya bumi atau langit atau galaksi atau bintang atau apapun. Alam semesta cuma sebuah singularitas. Kecil, padat dan panas. Lalu terjadilah 'Big Bang', bukan merujuk sebagai sebuah ledakan, tetapi merujuk kepada membesarnya singularitas tadi dalam durasi waktu yang relatif cepat. Hasilnya, terciptalah sebuah unsur bernama atom. Cikal bakal semua yang ada di alam semesta. Bintang, galaksi dan semua yang ada di alam semesta berawal dari sesuatu yang sangat sangat kecil.

Tidak ada bumi diawal terbentuknya alam semesta, dari hasil membesarnya singularitas tadi yang terbentuk hanya gas helium dan hidrogen yang terbuat dari partikel atom. Proton, neutron, electron. Bercampurnya hirdogen dan helium membentuk semacam awan, lama kelamaan, awan ini semakin besar dan berat. Dari awan-awan inilah mulai terbentuk bintang. Tergantung dari ukuran, bintang mempunyai umur, semakin besar ukuran dan berat massa sebuah bintang semakin cepat pula umur bintang tersebut. Ketika bintang sebuah mati, yang terjadi adalah sebuah ledakan yang masif atau yang biasa disebut Supernova.

Sebagai perbandingan, diameter matahari menurut para ilmuwan adalah 1.4 juta km. Jika matahari meledak dan terjadi supernova, imbas yang terjadi adalah sistem tata surya yang kita kenal akan punah. Bayangkan sedahsyat apa jika ukuran bintang yang meledak berukuran beribu-ribu kali lipat dibandingkan dengan matahari yang kita kenal.

Bintang terbuat dari 70% hidrogen, 28% helium, 1.5% karbon, nitrogen dan oksigen serta 0.5% campuran dari elemen neon, magnesium, besi, silikon dan belerang. Disaat terjadi supernova, gas hidrogen dan helium dan material lainnya tersebar, sebagian akan berubah bentuk menjadi partikel-partikel baru yang lebih berat seperti aluminium, oksigen, magnesium, uranium dan besi, sebagian yang lain akan kembali membentuk bintang baru. Satu paket sistem tata surya yang kita kenal beserta bintangnya yaitu matahari adalah hasil dari proses ini.

Matahari dan sistem tata surya kita terbuat dari keruntuhan gravitasi dari awan molekul yang ada diangkasa. Awan molekul sendiri adalah material dan partikel dari bintang yang mati dan meledak. Serpihan berukuran besar akan menarik serpihan yang berukuran lebih kecil dikarenakan gaya gravitasi yang dimiliki. Berkumpulnya material berukuran besar menjadikan gaya gravitasinya semakin besar pula dan mengikat seluruh serpihan kedalam orbit bongkahan besar tersebut. Perlahan bongkahan itu akan menjadi bintang baru dan serpihan didalam orbitnya akan menjadi planet-planet baru. Bongkahan tersebut menjelma sebagai matahari yang kita kenal sekarang dan serpihan-serpihan kecilnya menjadi sembilan planet didalam sistem tata surya kita dan bumi termasuk didalamnya.

Pada awalnya bumi adalah bebatuan yang saling beradu, karena terbuat dari material yang sama dengan matahari, bebatuan tersebut pun mempunyai suhu tinggi serta gaya gravitasi. Pada prosesnya, tabrakan antar bebatuan tersebut menjadikan ukurannya membesar. Lama kelamaan suhu tinggi dari proses tersebut mulai turun dan menjadikan lapisan terluar bumi mengeras seiring dengan mulai terbentuknya hidrogen dan oksigen yang menghasilkan air. Bulan terbuat dari material yang sama dengan matahari dan bumi, serpihan batu seukuran planet mars menabrak bumi, sebagian material batu ini menyatu dengan bumi yang menyebabkan komposisi material bumi berubah dan sebagian lagi membentuk satelit bumi yang kita kenal. Kegiatan vulkanik, pancaran sinar ultra violet dari matahari dan siklus musim dari gaya tarik menarik antara bumi dan bulan menjadikan bumi lebih ramah dan ideal sebagai rumah untuk kita hidup.

Tidak bisa dipungkiri bahwa ilmu pengetahuan telah membuka pintu keterbatasan manusia. Mulai dari hal sederhana seperti bertahan hidup dihutan belantara sampai hal rumit seperti terjadinya alam semesta. Science has no limit, itulah yang sering diucapkan oleh para ilmuwan. Pertanyaannya, apakah benar demikian?

Sesuatu yang tidak bisa dibuktikan dengan bukti empiris adalah salah menurut ilmu pengetahuan. Menjadikan Tuhan sebagai sesuatu yang tidak ada bagi kaum pemikir. Tidak salah memang, otak manusia dirancang untuk bisa berpikir menggunakan logika dan logika menuntut bukti dan alasan. Dengan mengedepankan konsep sebab akibat atau aksi dan reaksi, konsep Tuhan tidak akan pernah bisa masuk logika otak manusia. Mencari argumentasi yang membuktikan dan bisa diterima oleh akal sehat manusia bahwa Tuhan itu ada adalah mustahil. Tapi kembali lagi, perkara Tuhan ada atau tidak bukan ranah rasionalisasi otak manusia dan ilmu pengetahuan tapi ranah keyakinan hati dan kepercayaan.

Kembali ke pertanyaan diatas, science has no limit, benarkah demikian? Sepenuhnya benar. Ilmu pengetahuan tidak mempunyai batas. Selama manusia bisa berpikir sepanjang itu pula ilmu pengetahuan ada dan berkembang. Tapi ketika sebuah buku berumur kurang lebih 1400 tahun menjelaskan secara sederhana teori yang sama jauh sebelum manusia mulai memikirkan tentang terjadinya alam semesta, masih bisakah manusia bangga dengan ilmu pengetahuannya? Sekali lagi, No, science has no limit but human brain does!

Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman? (30) Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka dan telah Kami jadikan (pula) di bumi itu jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk. (31) Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara, sedang mereka berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang terdapat padanya. (32) Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya. (33)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun