Mohon tunggu...
Yasser Mohammad
Yasser Mohammad Mohon Tunggu... -

Filsuf. Tinggal di Pasar Minggu. Menulis dan mengajar filsafat di STIT Daarul Fatah Tangsel\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kenapa Hamka Mengharamkan Ucapan Selamat Natal?

23 Desember 2013   01:36 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:36 489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Hamka, bersama-sama dengan Gus Dur dan Cak Nur, dikenal sebagai sosok cendekiawan muslim yang mencerminkan karakter bangsa yang bersahabat, toleran dan terbuka.

Tapi kenapa Hamka ketika menjabat sebagai ketua MUI mengeluarkan fatwa haram bagi ummat mengucapkan selamat natal kepada saudara sebangsanya sendiri...?

Apakah Hamka benar-benar sekolot itu...? ataukah memang demikian ajaran Islam yang sebenarnya, sehingga Hamka hanya sekadar mengaspirasikan kebenaran itu...?

Dalam hemat penulis, jawaban sesungguhnya bukan kedua jawaban di atas. Sebaliknya Hamka adalah sosok muslim yang progresif dan toleran, tak kalah dengan Gus Dur dan Cak Nur. Dan Islam adalah agama paling terbuka di atas muka bumi sepanjang sejarah.

Untuk memahami alasan Hamka mengeluarkan fatwa haram di atas, kita perlu mengenal kepribadian Hamka terlebih dahulu...

Hamka bukanlah sosok da’i tipikal zaman sekarang yang bisanya ngomong doang, tapi tindak-tanduknya sehari-hari dipertanyakan. Hamka bukan Aa Gym, da’i kondang asal Bandung yang menelan ludahnya sendiri, dan berpoligami dengan janda kembang yang merupakan santri di pesantrennya. Hamka adalah sosok ulama yang kata-katanya bisa dipegang; sosok pejuang yang menolak tunduk pada penguasa dalam menyuarakan kebenaran yang diyakininya.

Dengan demikian dapat dipahami alasan Hamka mengeluarkan fatwa haram di atas. Sebab bagi beliau kata-kata merupakan cermin jiwa dan pikiran seseorang, sehingga ketika seseorang (baca dirinya) mengucapkan selamat natal hal itu sama saja dengan mengimaninya.

Maka Hamka pun disalahpahami. Sebab orang-orang kebanyakan tidaklah seperti dirinya, biasa berkata manis di mulut tapi lain di hati. Bagi Hamka sebuah ucapan selamat mesti datang dari lubuk hati yang paling dalam, sedang bagi orang kebanyakan ucapan selamat hanya sekadar kata-kata manis di mulut.

Wallahu ‘alam bishowab

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun