Hingga suatu ketika dalam sebuah acara reuni, Sinta diperkenalkan dengan seorang laki-laki bernama Rama, seorang single parent yang memiliki tiga anak laki-laki. Awalnya Sinta masih memegang kalimat andalannya "males ah", namun perlahan mulai timbul rasa penasaran dan keingintahuan tentang bagaimana Rama yang notabene seorang laki-laki sederhana mampu menjalani hidup hanya dengan ketiga anak laki-lakinya.
Ternyata tak hanya Sinta, Rama yang juga pernah mengalami kegagalan rumah tangga beberapa tahun silam juga memiliki rasa penasaran terhadap Sinta.
Berbekal dengan "persamaan rasa sakit" yang mereka miliki, Rama dan Sinta mulai intens membuka komunikasi satu sama lain. Sungguh tak mudah memulai hubungan di usia yang sudah tidak muda lagi, diiringi tuntutan anak2 dari masing-masing pihak, dan dibayangi trauma masa lalu yang terkadang masih membekas dalam ingatan. Hubungan mereka sempat mengalami pasang surut dan penuh dinamika.
Hingga akhirnya Rama dan Sinta sampai pada kesepakatan untuk menikah segera, berpegang teguh pada keyakinan "menikah untuk ibadah" dan meyakini bahwa Allah akan mempermudah segala urusan hamba-Nya yang gigih meminta. Mereka berdua yakin bahwa pertemuan mereka sendiri adalah sebuah cara Allah untuk melengkapi hidup mereka satu sama lain. Maka nikmat Allah manakah yang kau dustakan…?
Saat ini Sinta sedang sangat menikmati Cinta Keduanya bersama Rama dan kelima anak mereka. Ketakutan, kesepian, kemarahan, rasa iri, perlahan sirna dari hatinya, tinggallah rasa syukur karena masih Allah berikan kesempatan kedua membina rumah tangga walau di usia tak lagi muda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H