Mohon tunggu...
Mpit Tivani
Mpit Tivani Mohon Tunggu... -

Hanya setangkai dandelion..

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

KDDB (Kekerasan Dalam Dunia Burung)

6 Maret 2013   15:42 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:13 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah berhasil bikin naskah gue yang berjudul KDDT (Kekerasan Dalam Dunia Tuyul) nangkring di salah satu buku antologi, sekarang gue balik lagi dengan something yang menyinggung soal kekerasan. But kali ini bukan KDDT, tapi KDDB (Kekerasan Dalam Dunia Burung).

Hari ini tu hari paling nyebelin yang pernah ada dalam daftar “Annoying Day List” gue. Senin. Gue selalu benci Hari Senin karena biasanya Hari Senin selalu bawa dampak nggak ngenakkin buat gue. Dari mulai berangkat ke kampus ngaret gara-gara macet, kehujanan, sampe kejadian terakhir tadi sepulang kuliah gue dibuat shock sama kematian burung parkit kesayangan gue, yang baru dibeli dua bulan lalu di pasar burung deket sekolah Anis.

Cuma kehilangan burung itu aja kayanya nyeseuk banget. Padahal tadi di bis gue baru denger pengamen nyanyi,“Ada yang hilang dari perasaanku, yang telah terlanjur kuberikan padamu.”sampe rumah ternyata gue kehilangan tuh burung. Burung yang baru dua bulan lalu gue pamer-pamerin di wall facebook. Burung yang tiap pagi gue mandiin, kandangnya gue bersihin, yang sering gue intipin dari jendela tiap kali gue jenuh selagi ngetik di laptop saat mereka lagi pacaran, yang tiap sore gue ajak maen and gue ajak curhat. Burung yang tiap hari gue pelototin karena mereka berdua tuh selalu mesra-mesraan *bikin ngiri*, sekarang yang biru telah tiada. Hiks…

Kayak biasanya, sesampainya gue di depan pager rumah, yang pertama kali gue liat pasti burung-burung gue yang duduk manis (Ya, entah duduk atau berdiri, gue nggak ngerti juga sih) di dalem kandang warna biru yang gue gantung di atas teras rumah tengah bermesra-mesraan. Tapi tadi waktu gue pulang, gue liat burungnya cuma satu yang bertengger di dahan pohon dalam kandang. Gue bertanya-tanya lebai ke Anis yang bukain pager buat gue. “Yang biru mana ya?” tanya gue panik lantas dia bilang nggak tau, karena emang dia nggak pernah mau tau. Anis bisanya cuma bisa bikin stress burung-burung gue itu tiap kali burungnya gue ajak maen bareng Anis and Syifa.

Buru-buru gue turunin kandangnya buat mastin kalo burung yang biru baik-baik aja. Dan gue cuma bilang, “Oh. Mungkin dia lagi bobo” waktu gue liat burung yang biru tiduran di lantai kandang. Gue goyang-goyangin  kandangnya, gue colok-colok sayapnya tapi dia nggak bergerak. Anis yang ikutan ngeliatin akhirnya bilang. “Dia telah tiada.” Arrgh..damn! eh, Innalilah wa innailahi roji’un. “Mamaaaaaaaa…burung birunya matiiiiii.” Gue teriak lebai-lebai, eh kenceng-kenceng.

Nyokap gue nyamperin gue terus bilang, “Siapkan upacara pemakamannya.” Bukannya bantuin nguburin, Anis malah ngambil HP terus ngambil gambar burung gue yang kaku itu. “Heh, buruan kubur. Ntar yang betinanya ikut mati juga.” Celetuk nyokap menghentikan aksi potret-memotretnya ade gue yang ‘Psiko’ itu. Gue cuma bisa diam mengingat masa-masa indah gue bareng tuh burung.

Gue inget, tiap kali gue lagi sibuk bersihin kandangnya, burung betina yang warna kuning pasti ngajak ribut burung biru. Oia, nama burung kuning gue itu “Rose”, yang biru “Jack” *FYI, baru aja gue kasih nama detik ini juga.hehe

Kematian Jack segera diselidiki Anis. Usut punya usut mungkin Jack mati karena kehilangan ekornya beberapa minggu yang lalu. Kejadian tak terduga itu sebenarnya terjadi karena nggak sengaja *Yah, semua yang terjadi dalam hidup memang terus menjadi misteri. Begini ceritanya..

Waktu itu hari minggu pagi. Gue bawa kandang Rose and Jack ke halaman rumah kayak biasa. Habis gue kasih makan and mandiin, gue gantung di atas. Siangnya gue berniat ngajak Rose and Jack maen karena gue bête. Jadi gue turunin kandangnya. Gue perhatiin ada benang merah yang melilit cakar kakinya Jack. Karena bokap lagi ada di rumah, jadilah gue minta tolong sama bokap buat ngelepasin tuh benang dari kakinya yang unyu-unyu itu.

Bokap yang terlalu antusias and nggak sabaran langsung buka pintu kandangnya terus buru-buru menagkap Jack dalam genggamannya buat ngelepasin benang di kakinya. Mungkin karena Jack nggak terbiasa sama bokap, ia berusaha melepaskan diri and ngegigit jari bokap. Karena kaget, spontan bokap ngelepas genggamannya, terus… yah, Jack panik and langsung terbang menuju pintu rumah tempat Anis sedang menonton operasi penyelamatan tersebut di depan pintu.

“Aaaaaaaaaaaaaa……!” Anis teriak kenceng waktu Jack nabrak kakinya . Jack teriak lebih kenceng lagi dalam bahasa burung *Aaaaa…. Dasar manusia!*, lalu berbalik arah untuk melarikan diri. Namun malangnya Jack menabrak kepala bokap yang baru aja sadar dari keterkejutannya akibat serangan mendadak Jack di jarinya. Kejadiannya begitu cepat, gue aja cuma bisa mangap menyaksikannya -,-“

Hup… dengan satu gerakan, bokap menarik Jack kembali tepat di bagian ekornya. Ekornya tercabut dari tempatnya. Jack hampir tak sadarkan diri. Buru-buru bokap meraihnya and melanjutkan operasi penyelamatan (yang berakhir dengan operasi penganiayaan ekor) yang tertunda. “Yah, ekornya putus.” Gumam bokap galau. Tapi Jack segar lagi sesudah benang yang melilit di kakinya lepas.

Yah, balik lagi ke acara “Jack in Memoriam”

Menurut gue, Rose itu tipe burung yang pandai bersandiwara. Buktinya, tiap kali gue liatin, dia selalu baik-baikin Jack. Tapi kalo gue lagi lalai, Rose malah jahatin Jack. Kadang Jack digigit, kadang dicakar, kadang ditonjok, kadang ditendang, yah, begitulah. Tapi Jack selalu ngalah and nggak pernah balas perbuatan Rose, dia pasti terbang ke bagian kandang yang lain biar jauh dari Rose. Mungkin Jack udah biasa diKDDB’in sama Rose.

Tapi Rose nggak selamanya jahat, karena dalam banyak kesempatan gue liat Rose baik banget sama Jack. Rose mau berkorban tidur dalam keadaan terbalik supaya bisa tetep deket sama Jack yang selalu tidur di ayunan yang tergantung di bagian atas sangkar. Rose yang sabar ngenalin Jack ke gue. Rose yang ngajarin Jack caranya buat mandi di tempat air minum yang kecil banget itu. Rose yang selalu setia transferin makanan ke paruhnya Jack (yang gue kira mereka lagi cipokan, ternyata mereka cuma lagi transfer makanan -,-) . Rose-lah segalanya buat Jack. (Sotoy -,-)

Sekarang Rose cuma bisa diem sendirian di kandang, nggak riang kayak biasanya. Mungkin dia ngerasa kehilangan, sama kaya gue ngerasa kehilangan si Jack. Jangankan gue, apalagi dia. Temen hidup Jack walaupun cuma dua bulan lebih, tapi kebersamaan mereka ..yah, nggak bisa gue terka-terka, hanya mereka dan Tuhanlah yang tau.

Gue jadi pengen beliin temen lagi buat Rose, tapi kira-kira Rose statusnya sekarang apa ya? Janda kah? Kalau janda biar gue carikan yang duda. Atau jomblo-kah? Kalau jomblo, nanti gue beliin yang jomblo juga. Tapi kan gue nggak tau sejauh apa hubungan mereka kemarin, apa baru sampai tahap PDKT? Atau udah pacaran, atau udah kawin? Atau jangan-jangan selama ini Jack cuma kasih rosePHP?Gue harus tanya sama siapa dong? Hmmmph…

Whatever lah, akhirnya gue cuma bisa mengikhlaskan kepergian Jack *ngelirik tempat sampah* Semoga arwah Jack diterima di sisi-Nya. Amiin. Maafin gue ya Jack kalo selama ini gue nggak mengurus dirimu dengan baik and melindungimu dari penganiayaan yang kerap dilakukan oleh Anis, Syifa and Enang.. hufft..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun