Mohon tunggu...
Muhammad Prana Adithya
Muhammad Prana Adithya Mohon Tunggu... -

Mahasiswa MA TESL di English and Foreign Languages University, Hyderabad, India

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ap ka Nam Kya He? (Nama Anda Siapa?)

6 Desember 2013   01:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:16 846
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

“Apalah artinya sebuah nama”, bukankah sebaris Frasa ini kerap sekali terdengar di telinga kita?. Sebuah nama bagi kita terkadang bukanlah hal yang penting. Nenek saya menamakan saya dengan nama Muhammad Prana Adithya, nama saya diambil dari tiga agama sekaligus. Muhammad dari nabi terakhir dalam agama Islam, Prana adalah cahaya yang dipancarkan sang Budha, dan Adithya yang berarti Dewa Matahari dalam mitologi agama Hindu. Singkatnya nenek saya mendoakan saya agar saya berakhlak terpuji seperti nabi Muhammad SAW, menebarkan cahaya kebaikan seperti cahaya sang Budha, dan tanpa pernah meminta kembali balasan selayaknya Dewa Adithya (Dewa Matahari) yang selalu memberi tanpa mengharap balasan.

Akan tetapi, dalam budaya Indonesia bahkan cukup sering orang tua menabalkan nama yang sama sekali tidak mempunya arti pada anak-anak atau cucu-cucu mereka. Sungguh tidak ada yang salah dalam hal ini. Selain menabalkan nama yang sulit mencari artinya atau maknanya, masyarakat Indonesia juga sering menamai anak-anak mereka dengan nama yang mereka anggap sudah keren karena kebarat-baratan seperti Jhon, William, Andrew, dsb. Sebagian orang bahkan menamai anak-anaknya berdasarkan nama-nama artis idolanya sendiri, bintang film, atau penyanyi yang sedang trend saat itu, contohnya saja Shah Rukh Khan, Anjeli dan Kajol. Sang Ibu tersebut menabalkan nama-nama itu karena nge-fans berat dengan aktor dan aktris Bollywood dari negeri India.

Lain halnya dengan masyarakat India, India adalah negara yang kaya akan budaya dan bahasa. Menurut laporan Badan Statistik India pada tahun 1961 hingga saat ini, India memiliki 1.652 bahasa yang digunakan dan mempunyai huruf-huruf yang berbeda satu sama lain dan banyak lagi bahasa yang terdaftar sebagai bahasa yang hanya digunakan dalam sehari-harinya (spoken languages) tanpa mempunyai huruf-huruf/abjad ataupun simbol untuk menuliskannya. Untuk itu nama bagi masyarakat di India adalah hal yang sangat penting.

Di India, urgensi penabalan nama pada seseorang pada dasarnya mempunyai tiga keutamaan dalam kehidupan bermasyarakat India. Pertama, nama merupakan represtasi dari identitas kedaerahan. Mendengar nama seorang India membuat kita bisa menebak dari mana seseorang itu berasal, contohnya saja nama dengan “Singh”, “Kapoor”, “Chopra”, “Sharma”, “Khanna”, “Malhotra”, dll. Nama-nama tersebut adalah nama yang lazim digunakan oleh masyarakat yang berasala dari wilayah Punjab di India utara. Sedangkan nama-nama “Iyer”,” Chettiar”, “Chetty”, “Achari”, “Mudaliar”, “Subrahmyan”, “Pillai”, dan “Nayar” adalah contoh dari nama-nama yang sering digunakan oleh masyarakat yang tinggal di Tamil Nadu, sebuah daerah di bagian selatan India.

Kedua, penabalan nama adalah salah satu wujud identitas strata sosial ataupun kasta dalam masyarakat Hindu India. Sebagaimana yang kita ketahui dalam agama Hindu terdapat empat kasta, yaitu Brahmin, Ksatria, Waisha, dan Sudra. Namun, ada pula sebuah komunitas masyarakat Hindu India yang dinamai dengan komunitas Dalit/Pariha. Komunitas ini berada pada strata yang paling bawah setelah Sudra. Contoh nama-nama yang kerap sekali digunakan oleh para Brahmin di Andhra Pradesh, nama sebuah wilayah di bagian selatan india adalah “Pemmaraju”, “Akkiraju”, “Rebba Pragada”, “Dharani”, dll.

Ketiga, pemberian nama di India juga harus berdasarkan agama yang dipeluk oleh orang tersebut. JIka memeluk Islam, maka gunakalah nama-nama yang islami, begitu pula dengan masyarakat yang memeluk agam Hindu, Kristen maupun Budha. Sering sekali masyarakat India yang berkenalan dengan saya merasa kebingungan dengan identitas saya. Diawal sudah saya terangkan arti nama saya bukan?, identitas dari tiga agama dikumpulkan jadi satu dalam nama saya. Hal seperti ini melanggar etika dalam budaya masyarakat India. Suatu hari bahkan salah seorang senior saya di EFL University dengan tegas meminta saya agar mengganti nama saya yg menurutnya labil dalam identitas. Masyarakat muslim biasanya akan ditandai dengan penamaan dengan nama-nama Arab, Hindu dengan nama-nama Dewa-Dewi Hindu, masyarakat Budha dengan nama-nama Budha, sedangkan Kristen dengan nama-nama yg diambil dari Injil atau kebarat-baratan, seperti Paul, Lily, Moses, dll.

Jadi prasa “Apalah artinya sebuah nama” di India merupakan prase yang sama sekali tidak berlaku. Nama adalah salah satu esensi penting dalam kehidupan bermasyarakat di India. Tapi terkadang saya merasa beruntung diberikan nama dari tiga agama. Ketika bertemu dengan dengan komunitas islam, saya biasanya mengenalkan nama saya dengan nama depan “Muhammad”, lalu ketika berkenalan dengan komunitas Budha, saya akan mengenalkan nama saya dengan nama tengah “Prana”, dan nama “Adithya” biasanya lebih cepat di ingat oleh teman-teman saya yang beragama Hindu. “Ap ka nam kya he?, Mera nam Muhammad Prana Adithya he” (Nama anda siapa?, nama saya Muhammad Prana Adithya).

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun