Dua hari yang lalu, saya tersontak kaget ketika melihat headline di Metro TV yang bertuliskan "RI dan Portugal sepakat bantu pembangunan Timor Leste". Kemudian saya segera search informasi mengenai berita tersebut. Memang betul, SBY bersama istri dalam kunjungannya ke Portugal mengatakan bahwa Indonesia dan Portugal akan bekerjasama membantu pembangunan di Timor Leste. Masalah Timor Leste menjadi salah satu hal yang dibahas Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Anibal Cavacco Silva dalam pertemuan bilateral di Palacio de Belem, Lisboa. "Saya mendiskusikan kemungkinan kerjasama Indonesia dan Portugal dengan Timor Leste. Kami berharap Indonesia dan Portugal bisa berbuat banyak membantu Timor Leste," kata Presiden SBY dalam pernyataan pers seusai pertemuan.
Hal ini tentu sangat menyakiti hati orang-orang Timor Timur pro integrasi dan para prajurit TNI yang dulu berjuang mati-matian memertahankan Merah Putih tetap berkibar di Timor Timur. Saya mencoba membayangkan, seandainya diri saya rela duduk di kursi roda karena kehilangan kaki saya demi membela Sang Saka Merah Putih dan sekarang orang-orang yang dulu menginjak-injak dan membakar bendera Merah Putih kini mendapat bantuan dari Indonesia, tentu saya akan merasa sangat kecewa. Presiden SBY seharusnya mengingat perjuangan rekan-rekan beliau yang telah gugur di medan bakti. Hal ini membuat saya tidak lagi respek terhadap beliau. "Habis manis, sepah dibuang", inilah peribahasa yang tepat untuk menggambarkan apa yang dilakukan Presiden SBY.
Pasca jajak pendapat di Timor Timur tahun 1999, lebih dari seratus ribu warga Timor Timur melakukan eksodus ke Timor Barat. Mereka rela meninggalkan harta benda dan sanak saudara mereka demi membela Merah Putih. Rasa sedih, marah, dan takut bercampuraduk di wajah para pengungsi. Walaupun dalam keadaan terlunta-lunta, ternyata masih ada yang semangat berteriak "NKRI harga mati!" atau "Hidup integrasi!"Â Berbagai sumpah serapah untuk merebut kembali Timor Timur sering terdengar dari mulut para pejuang pro integrasi. Saya masih ingat ketika saya masih kelas 5 atau 6 SD, mantan wakil panglima PPI Eurico Guterres pernah menjadi tamu di program Kick Andy. Eurico Guterres bercerita ada beberapa benda miliknya yang berwarna merah putih. Andy Flores Noya sebagai host dengan iseng bertanya : "Ada lagi benda yang tidak kami lihat yang berwarna merah putih?" Eurico Guterres menjawab : "Tulang, darah, dan daging saya juga merah putih." Itu adalah sebuah dialog yang tidak akan pernah saya lupakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H