Mohon tunggu...
Mozes Adiguna Setiyono
Mozes Adiguna Setiyono Mohon Tunggu... Freelancer - Seorang keturunan Tionghoa tetapi hati tetap Merah Putih.

Lahir di Semarang, 2 Maret 1995

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mengapa Seharusnya Kita Mendukung Assad?

5 September 2013   18:35 Diperbarui: 2 Juli 2019   15:03 6852
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Assad dielu-elukan oleh rakyat Suriah (Sumber gambar : www.theguardian.com)

Kini telah dua tahun lebih lima bulan usia Perang Saudara Suriah. Pemberontakan yang dilancarkan oleh pihak oposisi untuk menggulingkan presiden Suriah Bashar al-Assad telah memakan korban lebih dari seratus ribu jiwa serta menyebabkan dua juta orang mengungsi. Pemberontakan ini hanyalah akibat dari efek domino Arab Spring yang di mana awalnya presiden Tunisia saat itu, Zainal Abidin bin Ali, digulingkan mengakibatkan pemimpin-pemimpin negara Arab lainnya ikut ditumbangkan. Telah tercatat dua orang pemimpin negara Arab yang akhirnya ikut digulingkan setelah bin Ali. Yang pertama adalah presiden Mesir Husni Mubarak kemudian yang kedua adalah pemimpin Libya Muammar Gaddafi.

Hingga hari ini pemerintahan Bashar al-Assad masih tetap eksis walau telah menapaki tahun kedua pemberontakan pihak oposisi. Mengapa hal itu bisa terjadi? Karena Bashar al-Assad adalah sosok pemimpin yang sangat dicintai oleh rakyatnya. Ia mampu merangkul berbagai kelompok etnis dan agama di Suriah. Ia mampu merangkul kelompok agama Islam Alawi, Islam Druze, Islam Sunni, serta Kristen Ortodoks. Berdasarkan hasil survei, 70% rakyat Suriah masih ingin dipimpin oleh Bashar al-Assad, 20% netral, dan 10% memihak oposisi. Terbukti dengan datangnya orang-orang yang mengaku sebagai "mujahid" dari berbagai negara tidak mampu menggulingkan pemerintahan Assad. Bahkan berbagai kota pun kini telah berhasil dikuasai oleh pasukan pemerintah dan rakyat menyambut dengan gembira kedatangan mereka.

Pasukan oposisi ternyata dibantu oleh para teroris. Dua sayap Al Qaida yakni Al Nusra Front dan Islamic State of Iraq and the Levant membantu pasukan oposisi dengan harapan mengubah Suriah sebagai sebuah negara Islam garis keras dengan menegakkan syariah Islam. Kita dapat melihat sendiri situasi di Afghanistan semasa Taliban berkuasa. Pada saat itu, banyak tempat-tempat ibadah non Muslim Sunni yang dihancurkan, para wanita dilarang bersekolah, serta banyak bangunan bersejarah dari era sebelum masuknya Islam yang dihancurkan.

Sangat disayangkan bahwa beberapa negara Arab seperti Arab Saudi sangat kencang menyuarakan agar Assad segera digulingkan. Bukannya melindungi "saudara"-nya sendiri, beberapa pemimpin negara Arab malah meminta Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya untuk segera melakukan intervensi militer ke Suriah. Jika mereka meminta negara-negara Barat untuk menghukum Suriah dengan alasan penggunaan senjata kimia, bukankah Israel juga pernah menggunakan senjata kimia untuk membunuh para penduduk sipil Palestina? Mengapa Amerika Serikat ingin sekali menghukum Bashar al-Assad padahal saat Israel menyerang Jalur Gaza dengan senjata kimia mereka diam saja?

Beberapa hari yang lalu diberitakan bahwa adanya penggunaan senjata kimia dalam konflik Suriah. PBB mengirimkan tim ke Suriah untuk menyelidiki apakah benar adanya penggunaan senjata kimia. Setelah proses investigasi dilakukan, berita tentang penggunaan senjata kimia terbukti benar. Senjata kimia yang digunakan berupa gas sarin. Presiden Amerika Serikat Barack Hussein Obama dengan sembarangan menuduh pasukan Assad telah menggunakan senjata kimia. Dengan cepat pihak pemerintah Suriah membantah keras pernyataan Barack Obama tersebut. Pernyataan Barack Obama memang tidak masuk akal sebab senjata-senjata kimia tersebut diarahkan ke daerah-daerah yang telah dikuasai pasukan pemerintah. Hasil penyelidikan komisi PBB terhadap pelanggaran HAM sendiri juga menyebutkan bahwa yang menggunakan senjata kimia adalah pasukan oposisi, bukan pasukan pemerintah.

Anak-anak menjadi korban serangan senjata kimia pasukan oposisi
Anak-anak menjadi korban serangan senjata kimia pasukan oposisi
Barack Obama tetap bersikukuh bahwa pemerintah Suriahlah yang menggunakan senjata kimia dan menewaskan para penduduk sipil termasuk puluhan anak-anak. Mengapa Obama tetap bersikeras menolak fakta? Karena dengan alasan itulah ia berharap dapat memeroleh "lampu hijau" dari Kongres Amerika Serikat untuk menginvasi Suriah. Namun sekutu-sekutu Amerika Serikat seperti Jerman dan Inggris menyatakan menolak untuk bergabung menginvasi Suriah. Di dalam negeri Amerika Serikat dan Prancis sendiri, ratusan orang berdemonstrasi menentang rencana intervensi militer Amerika Serikat dan Prancis dalam perang saudara di Suriah.

Mari kita berpikir dan menganalisa setiap berita sebelum kita men-judge suatu peristiwa. Janganlah menerima mentah-mentah suatu berita. Banyak dari antara kita yang telah termakan oleh propaganda negara-negara Barat dan negara-negara Teluk tanpa kita menyadarinya. Jika Assad digulingkan, siapakah sosok yang mampu merangkul berbagai etnis dan agama seperti Assad? Akankah kelompok minoritas dapat hidup tentram setelah Assad digulingkan?

Kartun pasukan oposisi (kiri) melawan pasukan pemerintah (kanan)
Kartun pasukan oposisi (kiri) melawan pasukan pemerintah (kanan)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun