Akhir-akhir ini hubungan antara Indonesia dengan Australia cukup memanas. Pasalnya Australia terus menekan pemerintah Indonesia untuk segera membatalkan eksekusi mati terhadap dua gembong narkoba asal Australia yakni Andrew Chan dan Myuran Sukumaran. Presiden Joko Widodo telah menolak permohonan grasi terhadap 64 gembong narkoba. Pria yang biasa disapa "Jokowi" ini telah menyatakan bahwa Indonesia sedang "darurat narkoba".
Sebelumnya PM Australia Tony Abbott telah menulis surat untuk Presiden Joko Widodo supaya eksekusi mati terhadap dua warga negaranya ditunda bahkan dibatalkan. Akan tetapi, Tony Abbott tidak ingin masalah dua gembong narkoba ini merusak hubungan antara Indonesia dan Australia. Namun kini Menteri Luar Negeri Julia Bishop justru menciptakan provokasi dengan mengancam akan memboikot pariwisata Indonesia. "Saya pikir orang Australia akan menunjukkan ketidaksetujuan mereka atas eksekusi ini dan itu menjadi salah satu pertimbangan mereka saat menentukan hendak ke mana saat liburan," ancam Julia Bishop.
Di sisi lain, Indonesia adalah tujuan ekspor terbesar sapi Australia. Indonesia dapat membalas memboikot sapi dari Australia sewaktu-waktu. Australia mau tidak mau harus mencari pasar baru untuk sapi-sapi mereka. Melihat kemampuan daya beli masyarakatnya, Timor Leste dan Papua Nugini sebagai negara tetangga Australia tidak dapat menggantikan posisi Indonesia sebagai pasar terbesar mereka. Hanya RRT yang kemungkinan besar dapat menggantikan posisi Indonesia. Namun biaya pengirimannya akan jauh lebih besar dibandingkan pengiriman ke Indonesia.
Memang pada awalnya harga daging sapi akan meningkat sangat signifikan. Namun apakah kita akan mati kalau tidak makan daging sapi? Pemboikotan sapi dari Australia justru secara tidak langsung dapat membantu para peternak Indonesia untuk berkembang. NTB dan NTT dengan iklim padang rumputnya dapat menjadi “peternakan nasional”. Pemerintah Indonesia jangan hanya fokus kepada budidaya beras saja. Sebagai contoh, Indonesia dapat kembali menghidupkan gaya hidup makan jagung dan sagu yang kini mulai tersingkirkan oleh gaya hidup makan nasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H