Mohon tunggu...
Moza Nula
Moza Nula Mohon Tunggu... wiraswasta -

www.mozanula.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ideologi Kopi Pahit

22 Oktober 2013   12:59 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:10 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kipli Angkat Bicara

Siang ini cuaca kembali mendung sehingga suhu udara agak meninggi mebuat gerah suasana, Suara gemerincing(kalau gak boleh dibilang nyaring) terdengar dari balik kancing baju yang agak lusuh. Pak Kipli baru sadar sedari pagi ia hanya mengisi perutnya dengan secangkir kopi pahit dan beberapa potong singkong goreng sajian pak Jimin.

Demi menenangkan isi perut pak Kipli hendak beranjak dari kursi reotnya, namun ia tiba tiba teringat dengan anak istrinya sehingga pak Kipli mengurungkan niatnya "ah sebentar lagi juga sore" isi hatinya ikut bicara. demi menjaga stabilitas  periuk rumah tangga pak Kipli rela menahan lapar asalkan anak dan istrinya tetap kenyang.

Pak Kipli kembali menikmati istirahat siang tanpa sepotong makanan pun, hanya secangkir kopi pahit yang selalu setia menemaninya "yah kopi pahit tanpa gula" cukup mampu menahan lapar. Kebetulan sekali Pak Jimin melintas dihadapannya dan demi melihat sahabatnya yang sedang duduk dan terlihat lesu, Pak Jimin pun datang menghampiri pak kipli sehingga terjadi perbincangan yang agak serius mengisi waktu istirahat pak Kipli: "hai kawan ada apagerangan yang membuat dikau terlihat begitu gundah gulana " ujarnya  dengan    bahasa bagai seorang pujangga sambil mendekati Pak kipli. "ah... tiadalah yang merisaukan hatiku wahai sohib "timpal pak Kipli tak mau kalah bahasa "namun kulihat dirimu begitu risau dan nampak bagai orang belum makan" Pak jimin melanjutkan ocehannya. dalam hati pak Kipli mengutk pertanyaan sahabatnya yang memang sedari pagi ia belum makan, lalu dengan suara lirih ia pun berujar " yah nampaknya keadaan semakin pelik" "itulah kawan....!!! mengapa tak kau terima saja tawaran Raden Sungkono ...??" lanjut pak Jimin. sambil membetulkan posisi duduk pak Kipli menyela ucapan pak Jimin " mau jadi apa keluargaku...?? apakah pak Jimin mulai hilang arah ideologi..???" ujar pak kipli dengan gaya seorang diplomat. "saya juga tahu kawan" ujar pak Jimin sambil beringsut mendekati pak Kipli " coba lihat kondisimu saat ini..!! dengan menerima tawaran Raden Sungkono setidaknya mampu menambah pendapatanmu.." lanjut pak Jimin. "coba lihat kondisi kita saat ini..!!! orang orang mulai mencemooh kita..!! kita dianggap culun...!! kita di anggap tidak toleran...!!!! kita dianggap melawan arus...!!!" ujar pak jimin melanjutkan ocehannya. dengan suara agak meninggi pak Kipli angkat bicara " lebih baik saya kelaparan dari pada membantu pemiskinan maysarakat dimasa mendatang..!! bukankah kita berdua tau pak Jimin...!!??? mana ada pemberian gratis dalam urusan politik...??? mana mungkin ...??? " "ya... saya setuju pak Kipli, tapi..." belum lagi pak Jimin melanjutkan kata katanya, Pak kipli langsung saja memotong bagai samurai yang tajam. " tapi bagaimana...??? lebih baik saya lapar saat ini tapi tidak ikut melakukan perusakan dimasa mendatang. saya sadar saya bukan orang suci, saya bukan orang yang nggak punya dosa..!!! tapi dengan membiarkan dan bahkan membantu kecurangan dan keculasan itu sama saja menambah DOSA yang memang sudah kita miliki..." ujar pak Kipli ketus. " baik... saya sangat setuju dengan Pak Kipli, tapi sebaiknya kita makan siang dulu, kebetulan saya juga belum makan dan hari ini saya agak sedikit beruntung karena ada penjualan tadi pagi" ujar pak Jimin menenangkan sahabatnya yang mulai kelihatan tersinggung. lalu mereka berdua menuju Warteg di pojokan gang dan meninggalkan obrolan yang belum tuntas. index opini: IDEOLOGI KOPI PAHIT TERKADANG LEBIH RELEVAN UNTUK KEMAJUAN BANGSA INI KETIMBANG JANJI JANJI PARA "POLI" "TIKUS" YANG SIAP MENGGEROGOTI LUMBUNG LUMBUNG KEMANDIRIAN MASYARAKAT.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun