Di tengah arus globalisasi dan kemajuan teknologi yang pesat, Generasi Z---generasi yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012---menghadapi tantangan besar dalam menjaga dan melestarikan tradisi budaya. Sebagai generasi digital, mereka hidup dalam dunia yang terhubung dengan budaya internasional, sering kali menjadikan tradisi lokal terlihat kuno atau kurang relevan. Namun, di balik tantangan ini, Gen Z juga memiliki peluang besar untuk menjadi penghubung antara tradisi dan inovasi.
Tantangan yang Dihadapi Gen Z
1. Pengaruh Budaya Global
Budaya pop internasional seperti musik, film, fashion, dan makanan kerap mendominasi kehidupan sehari-hari Gen Z. Hal ini menyebabkan tradisi lokal terkadang dianggap ketinggalan zaman. Misalnya, banyak anak muda lebih tertarik mengikuti tren dance dari media sosial dibandingkan mempelajari tarian tradisional seperti Tari Saman atau Jaipong
2. Minimnya Dukungan Lingkungan
Di beberapa daerah, tradisi budaya tidak lagi diajarkan secara langsung oleh keluarga atau komunitas. Peran orang tua dan masyarakat dalam mengenalkan budaya lokal mulai melemah, sehingga Generasi Z tidak memiliki fondasi kuat untuk mencintai dan melestarikan tradisi.
3. Perubahan Gaya Hidup
Gaya hidup modern yang serba cepat membuat generasi muda lebih fokus pada pendidikan, karier, dan hiburan digital. Hal ini menyisakan sedikit waktu untuk mendalami budaya tradisional, seperti mempelajari seni ukir, musik tradisional, atau bahasa daerah.
Peluang Gen Z dalam Melestarikan Tradisi
Meskipun tantangan tersebut cukup besar, Generasi Z memiliki potensi besar untuk menjaga budaya lokal dengan cara yang kreatif.
1. Memanfaatkan Teknologi dan Media Sosial