Tanggal 22 Maret kemarin dunia merayakan Hari Air Sedunia.
Gaung Hari Air Sedunia di Indonesia tidak sebesar di negara-negara lain karena di banyak tempat di Nusantara, air memang masih berlimpah. Yang kurang adalah infrastruktur untuk menyalurkan kebutuhan air minum di kota-kota besar. Perusahaan air minum seperti Aqua mengambil kesempatan ini dengan mengemas air minum dan menjualnya ke pelanggan. Dampak negatif dari air yang dijual ini adalah sampah botol dan kemasan plastik yang tiap tahun bertambah. Untungnya ada proses daur ulang yang dilakukan para pemulung. Mereka, yang menurut salah satu teman saya adalah “pahlawan lingkungan”, kiprahnya dalam menekan pencemaran linkungan bukan hanya patut dihargai tapi juga harus dibantu. Salah satu cara misalnya adalah dengan menyisihkan sampah-sampah plastik supaya mereka dapat dengan mudah mengambilnya dari tempat sampah kita.
Biasanya berita-berita yang mendominasi Hari Air Sedunia itu adalah berbagai kegiatan penghematan air dan atau gerakan menyadarkan pentingnya air bagi kehidupan. Dua tahun lalu misalnya publikasi bulanan terkemuka National Geographic Magazine (NGM) meliput topik yang bertemakan “Air Adalah Kehidupan”. Edisi khusus NGM ini dapat diakses di internet.
Tahun ini, ada artikel singkat yang menarik. Surat kabar The New York Times tiga hari lalu memberitakan hasil laporan intelijen AS yang memprediksi negara-negara di Afrika Utara, Timur Tengah, dan Asia Selatan dalam satu dekade ke depan akan menghadapi berbagai masalah air seperti kekurangan air minum, kualitas air yang buruk, dan banjir. Walau laporan tersebut mengatakan bahwa perang karena air kemungkinannya kecil terjadi, tapi masalah-masalah air ini akan membuat sebagian bangsa dikuasai oleh bangsa lain. Biasanya negara-negara di hulu suatu sungai akan berusaha menguasai aliran air dengan membuat bendungan dan waduk untuk mengumpulkan air bagi masyarakatnya. Kalau sudah begini, bendungan atau pabrik desalinasi air bisa jadi target serangan dari bangsa yang kekurangan air.
Konflik atas air bukan hal yang baru. Sejarahnya panjang. Menariknya laporan di atas dikeluarkan bebarengan dengan rencana Menlu AS Hillary Clinton untuk membuat kemitraan yang akan mempromosikan penghematan dan manajemen air yang lebih baik yang katanya akan menggandeng perusahaan raksasa Coca-Cola dan LSM seperti Nature Conservancy. Bisa jadi ini usaha AS untuk meredam konflik yang akan muncul dengan negara tetangganya Meksiko karena Sungai Colorado telah dibendung AS sampai-sampai aliran sungai itu untuk Meksiko menjadi sangat sedikit. Apapun alasannya, soal hubungan timbal balik antara air dan masyarakat sangat menarik untuk diperhatikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H