Guys, sebentar lagi kita akan menyaksikan di layar lebar, satu film persembahan DC Comics yaitu Justice League di pertengahan bulan November 2017 ini. Kalau ditilik ke belakang dengan dirilisnya film ini, Justice League menjadi pertaruhan besar DC Comics dalam membangun jagatnya. Mengapa? Kita sadar bahwa ketika film-film Marvels Comics berhasil membalap popularitas DC Comics setelah Iron Man (2008), DC Comics merasa tertantang untuk menciptakan pula maket jagatnya.Â
Saat itu, di tahun 2000an, di tengah pertarungan DC vs Marvel, DC Comics masih merasa di atas angin karena keberhasilan Trilogi Batman "Dark Knight" (2005-2012) versi Christoper Nolan yang cukup menjadi market trend superhero saat itu. Nuansa yang bukan komik, gelap, dan sangar seolah menjadi pattern yang tak bisa tergantikan, mengalahkan  karakter Marvel dalam  Trilogi Spiderman (2002-2007) versi Sam Raimi.  Batman berhasil mengalahkan Spiderman.
Rupanya Marvel, di tengah pertarungan antar tokoh itu, mulai pelan-pelan membangun jagatnya. Sementara DC masih merasa  nyaman dengan satu tokohnya yaitu Batman, Marvel  menyelipkan satu persatu tokoh superheronya, ibarat bermain puzzle. Kepingan puzzle itu dimulai dari Iron Man (2008), berlanjut ke Incredible Hulk (2008), Iron Man 2 (2010), Thor (2011),  Captain America: The First Avenger (2011) sampai Marvel's The Avengers (2012).
Deretan film itu membuat penonton yang awalnya cukup puas dengan satu superhero, digiring dengan kepingan superhero lain hingga sadar semua tokoh superhero itu akan bertemu dalam pertarungan besar antar jagat dalam lintas waktu yang panjang. Di setiap after credit scene, Marvel memasukkan perekat antara film satu dengan yang lainnya. Ini menjadi senjata Marvel dalam bertanding melawan DC. Â Tanpa disadari, Batman telah hampir lunglai dikeroyok oleh The Avengers.
The Avengers menjadi titik kebangkitan Marvel untuk merebut hati penonton layar lebar bagi semua umur. Jika DC berhasil menarik penonton dengan rasa gelap dan sangar dengan penonton yang lebih dewasa, Marvel mulai memanjakan penonton dengan hiburan slapstic yang lebih nge-pop. Nah, kini giliran DC yang hampir kehilangan arah. Diam-diam DC mulai mengikuti jejak Marvel. DC pun menamai jagatnya menjadi DC Extended Universe (DCEU). Jagat DC ini dimulai dari Man of Steel (2013), Batman v Superman: Dawn of Justice (2016), Suicide Squad (2016), dan  Wonder Woman (2017).Â
DC berupaya untuk tidak meniru mentah-mentah gaya Marvel dengan tetap mempertahankan sisi gelap dan sangar. Tapi apa daya, resep itu hanya cocok pada Batman milik Christoper Nolan saja.  Kritik kurang memuaskan banyak diterima DC pada film-film seperti Batman v Superman: Dawn of Justice (2016) dan Suicide Squad (2016) dua film ini dianggap keteteran dalam  memperhitungkan alur cerita, hanya mementingkan efek visual saja. Bahkan sempat proyek film  The Flash ditinggalkan dua sutradara.Â
Berat bagi DC untuk mengimbangi Marvel yang melaju kencang dengan penambahan karakter baru seperti munculnya Guardians of The Galaxy (2014), Ant-Man (2015), Doctor Strange (2016) dan kebangkitan Spider-Man: Homecoming (2017).  Untung saja, DC kembali bersemangat karena Wonder Woman (2017) mendapat komentar positif di pasaran.  Â
Namun, ada hal  yang lebih menarik lagi dari selipan dialog dalam trailer tersebut, sepertinya DC akan berupaya membangun karakternya dengan lebih renyah agar bisa diterima semua kalangan. Dari berbagai informasi yang didapat, hal ini bisa terjadi karena tampuk director film ini telah berpindah dari Zack Snyder ke tangan Joss Whedon yang cukup berpengalaman memoles film Marvel: The Avengers, walau jangan heran nama Zack akan tetap terpampang pada credit title. Kemungkinan (-ingat mungkin-), dalam membangun jagat ini, DC akan memplotnya dengan cara mundur, yaitu setelah dari pertemuan besar para tokoh di Justice League, puzzle ini akan dipecah dalam masing-masing tokoh terlebih dahulu.  Jika pertaruhan DC melalui Justice League ini berhasil memikat pasar sinema, maka DC Comics akan lebih memberanikan diri untuk terus membangun jagatnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H