Ndasmu Etik!" Ucapan ini dilontarkan oleh calon presiden Prabowo Subianto kepada rivalnya Anies Baswedan. Setelahnya ucapan ini menjadi trending topic yang memantik perdebatan sengit di media sosial.
Debat Capres-Cawapres 2024 Indonesia yang pertama pada 12 Desember lalu tidak hanya diwarnai oleh adu argumen mengenai visi misi, tetapi juga dihebohkan oleh satu kalimat: "Ucapan "Ndasmu Etik" terlontar spontan dari Prabowo saat menjawab pertanyaan dari Anies Baswedan terkait putusan Mahkamah Konstitusi (MK) mengenai batas usia capres-cawapres. Anies mempertanyakan alasan Prabowo memilih calon wakil presiden Gibran Rakabuming Raka yang belum berusia 40 tahun dan bagaimana perasaannya terhadap putusan yang menetapkan beberapa hakim melanggar aturan etik saat memutuskan permohonan uji materi soal usia capres-cawapre, padahal  sebelumnya Prabowo vokal menolak MK menurunkan batas usia tersebut.
Merasa disudutkan, Prabowo menanggapi dengan nada tinggi dan melontarkan ucapan "Ndasmu Etik!" (bahasa Jawa yang artinya kurang lebih "Kepalamu Etik!"). Prabowo kemudian menjelaskan bahwa tidak masalah ia memilih Gibran karena sudah melalui mekanisme partai.
Ucapan "Ndasmu Etik" menuai beragam interpretasi dan reaksi. Pendukung Prabowo menganggapnya sebagai sindiran mengenai sikap Anies yang dianggap tidak etis karena mempertanyakan keputusan internal Gerindra. Pihak Anies, sebaliknya, menilai ucapan tersebut kasar dan tidak pantas dilontarkan di forum resmi debat capres-cawapres.
Selain itu, penggunaan bahasa Jawa dalam debat nasional juga menjadi perbincangan hangat. Pendukung Prabowo menilai hal ini menunjukkan kedekatannya dengan budaya lokal, sementara pihak Anies mengkritiknya sebagai upaya memecah belah persatuan karena tidak semua masyarakat Indonesia mengerti bahasa Jawa.
Viralnya "Ndasmu Etik" telah berdampak pada elektabilitas dan citra kedua capres. Prabowo dinilai kehilangan momentum akibat citranya yang dianggap temperamental dan kurang berwibawa. Anies, sebaliknya, mendapat simpati karena dianggap sebagai korban serangan personal.Â
Ucapan ini dikhawatirkan berpotensi menurunkan kualitas debat menjadi ajang saling serang dan mencederai nilai-nilai etika politik. Debat capres seharusnya menjadi wadah untuk para capres menyampaikan visi misi dan program kerja mereka kepada masyarakat.
"Ndasmu Etik" menjadi fenomena yang tidak terduga dalam Debat Capres 2024.Ucapan tersebut telah memicu perdebatan sengit mengenai etika politik, bahasa nasional, dan strategi kampanye. Hal ini diharapkan menjadi pembelajaran penting bagi para capres dan penyelenggara debat untuk membangun diskursus politik yang sehat dan produktif.
** FAHMI REZA, 14 Desember 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H