Mohon tunggu...
Aji Maulana
Aji Maulana Mohon Tunggu... -

membaca, menulis, musik, bakso, memancing, pemerhati masalah sosial budaya dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mata Kuliah Penting untuk Para Penjaga Agama

18 Februari 2014   17:20 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:43 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Keyakinan dan Agama merupakan hak personal, bahkan paling personal diantara hak-hak yang bersifat personal lainnya. Walaupun semisal terdapat institusi atau lembaga apapun yang berusaha memaksakan agamanya, kemudian agama tersebut berhasil dipeluk oleh banyak pemeluknya, namun apa manfaatnya? Jika dilakukan dengan cara-cara memaksa, licik, kotor dan penuh tipu muslihat?

Tidak dipungkiri di dunia ini, memang dijumpai adanya suatu lembaga agama yang indikasinya melakukan praktik-praktik tersebut. Namun kita pasti akan bertanya, apa sih manfaat agama itu? Bukankah semua agama mengajarkan kebajikan. Tapi memang ajakan tersebut akan berubah menjadi semacam omong kosong belaka, manakala penyebarannya diwarnai dengan cara-cara yang penuh tipu muslihat dan manipulasi fakta.

Keserakahan penjaga agama kah? atau disebabkan oleh kesalahan interpretasi terhadap nilai agama yang bersangkutan, ataukah ada faktor lain yang menyebabkan itu?

Kita tidak habis pikir... cobalah agama didudukkan ke dalam masalah personal yang paling pribadi, bahwa agama dan keyakinan sesungguhnya ketertanamannya dalam hati tidak dapat dipaksakan.

Wahai para penggiat agama! Ajaklah umatmu dengan cara yang wajar. Ajaklah dengan santun, benar, bijak, jujur dan tentu saja mengayomi. Karena apa gunanya mendapat jumlah pengikut dan umat yang banyak, namun itu anda lakukan dengan cara yang tidak elegan dan membohongi orang lain? Ya salam..... ini soal agama. Sedangkan semisal anda kumpulkan uang dan harta sebanyak-banyaknya dengan cara yang tidak jujur saja, itu sudah dapat membawa nama anda ke jurang kenistaan. Nah ini soal agama, sebaiknya cara mengamalkannya juga harus tetap mengindahkan nilai-nilai universalitas agama itu sendiri?

Jangan-jangan agama kini telah berubah menjadi perusahaan MLM (Multi Level Marketing)? Sehingga para penggiat agama merasa perlu atau bahkan meyakini, dirinya akan mendapat bonus besar bila dapat menarik downline (pemeluk baru) ke dalam agamanya? Setahuku, anggapan seperti itu adalah salah besar.

Ingat, kanjeng Nabi Muhammad tidak mengajarkan keburukan seperti itu, karena Ayat Suci telah mengabadikannya dengan pernyataan; “Wamaa ‘Alainaa Illa l-Balaghul Mubin” (Dan kewajiban kami -Muhammad- tidak lain hanyalah menyampaikan -perintah Allah- dengan jelas ) [QS. Yasin 17]. Sebab soal masuk agamamu atau tidak, itu adalah soal datangnya Hidayah dari Allah SWT kepada umat yang diajak itu, “Qul, Innal Huda Huda-llah” (Katakanlah, sesungguhnya Hidayah itu hanyalah Hidayah -milik- Allah SWT) [QS. Ali Imron 73].

Tidak ada manfaatnya, adanya jumlah jamaah yang banyak, namun dihasilkan dengan cara-cara yang tidak jujur dan tidak amanah, apalagi jika dilakukan dengan cara tipu muslihat. Karena hal itu justru hanya akan menambah masalah dalam agama yang bersangkutan, juga berbahaya bagi iklim kehidupan beragama di negeri ini.

Langkah terbaik adalah taat hukum bagi siapa saja dan atas siapa saja. Tegakkan Peraturan Bersama Menteri (PBM) tentang Rumah Ibadah. Jaga perasaan diri sendiri juga perasaan orang lain khususnya dalam hal yang satu ini. Jadikanlah agama sebagai sebab lahirnya kedamaian, bukan justru sebaliknya. Niscaya kehidupan di dunia ini akan damai sejahtera, juga bahagia di kehidupan akherat kelak, bagi yang mempercayainya.

Wassalam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun