Memasuki hari ketujuh hilangnya Pesawat Malaysia Airlines makin menimbulkan teka-teki dan pertanyaan mengganjal yang belum terjawab. Meskipun sejak enam hari terakhir sejumlah petunjuk diberitakan datang dan masuk ke pihak otoritas Malaysia tentang keberadaan pesawat Malaysia Airlines MH370 yang hilang. Namun setelah dilakukan pengecekan, hasilnya tak ada titik terang yang bisa ditemukan. Dan keberadaan pesawat seharga Rp 3 triliun itu tetap jadi misteri. Padahal pencarian cukup besar-besaran telah dilakukan, bahkan dengan melibatkan total dari 12 negara yang membantu melakukan pencarian. Mulai dari Amerika Serikat, China, Australia, Indonesia hingga India. Dari keduabelas Negara tersebut telah dikerahkan 42 kapal laut dan 39 pesawat terbang yang aktif menelusuri sejumlah titik. (detikNews).
Area pencariannya pun kemudian diperluas. Bila semula hanya berkutat di seputar kawasan Laut China Selatan, kemudian berkembang hingga mencapai total area 27 ribu mil laut persegi, setara dengan 93 ribu kilometer persegi, yakni seluas Negara Hungaria.
Jadi, di mana pesawat itu sekarang berada? Apakah masih disembunyikan oleh ‘kegaiban’ yang dikehendaki oleh seorang dukun atau ahli sihir tertentu? Belum ada yang dapat menjawab dengan pasti. Bahkan Menteri Perhubungan Malaysia Hishamudin Hussein dalam jumpa pers terakhirnya juga mengatakan belum tahu.
Misteri ini bahkan sempat memunculkan berbagai spekulasi, diantaranya pesawat tersebut hilang dimungkinkan oleh tindakan terorisme, karena ditemukan beberapa penumpang gelap yang menggunakan paspor palsu hasil curian. Lantas sebagian media ‘mengendap-endap’ menggiring opini tersebut semakin pada pengkristalan. Apalagi nama badan rahasia AS, sering muncul menyertai hampir di tiap pemberitaan soal hilangnya pesawat MAS ini.
Barangkali karena memahami konsepsi perang ‘isu’, segera seorang anggota Parlemen Iran Hossein Naghavi Hosseini mengeluarkan pernyataan menggemparkan, dengan menyebut Amerika Serikat (AS) dibalik hilangnya pesawat komersial Malaysia Airlines MH370tersebut dengan menculiknya, (Okezone). Hal itu didasari pada kepentingan AS pada tujuan sabotese terhadap hubungan antara Iran, China, dan negara Asia Tenggara. Reaksi tersebut nampak wajar, karena suhu dan iklim di Iran khususnya, serta Timur Tengah pada umumnya, saat ini masih hangat dan cukup untuk dapat memicu isu apapun hingga kembali menjadi wacana yang lebih panas bahkan membara.
Apapun kemungkinannya, kita tunggu hasil sebenar-benarnya nanti, sambil menjalani aktifitas persiapan Pemilu. Bagi yang berniat menjadi Caleg, tidak usah menggunakan isu-isu seperti itu untuk bahan kampanye. Karena isu seperti itu selain tidak penting, juga karena masih banyak isu seksi lain yang dapat dijadikan umpan ‘memancing’ kekaguman para calon pemilih nanti, terutama soal hidup sejahtera dan rasa aman, misalnya.
Hanya catatan yang patut digaris bawahi tebal-tebal oleh kita semua adalah, ternyata penggunaan paspor palsu masih dapat ditemukan dan memberi kesan begitu mudah pemalsuan itu dilakukan. Hal itu melihat dari kasus ditemukannya penggunaan paspor oleh orang yang tidak berhak dalam insiden hilangnya MAS MH370 milik Malaysia tersebut. Padahal di Asia Tenggara ini, setelah Singapura katanya Malaysia tidak mau dibilang ketinggalan jauh soal teknologi, namun nyatanya terjadi yang sebaliknya. Bagi kita kasus kejanggalan ‘paspor’ seperti ini harus menjadi cermin sekaligus menjadi perhatian besar bagi pemerintah. Sebab, negeri kita sendiri ini sudah terlalu berjubel padat oleh penduduknya. Sehingga pengendalian terhadap banyaknya imigran luar negeri terutama imigran yang tidak legal, harus menjadi perhatian Pemerintah dan masyarakat bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H