Mohon tunggu...
Motulz Anto
Motulz Anto Mohon Tunggu... Freelancer - Creative advisor

Pemerhati Kebijakan | Wacana Sosial | Pengamat dan Penikmat Kreativitas, Pelaku Kreatif | Ekonomi Kreatif | motulz.com | geospotter.org | motulz@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Indonesia dalam Darurat Kerukunan Beragama

20 Juli 2015   16:09 Diperbarui: 20 Juli 2015   16:19 2563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernahkan kamu membayangkan indahnya hidup dalam kerukukan beragama? Rukun di saat umat muslim merayakan Ramadan dan Idul Fitri, umat Nasrani merayakan Natal, umat Hindu, Budha dan seterusnya. Saat perayaan hari besar agama, agama yang bersangkutan menjalankan ibadah dan ritualnya dengan khidmat, sementara agama lain ikut bergembira dengan merayakan kemeriahan dan liburannya? Pernah?

Kejadian di atas tadi bukanlah sebuah mimpi, hal tersebut pernah terjadi di Indonesia! ya di Indonesia, saat saya masih duduk di kursi SD. Saya duduk di bangku SD kalau tidak salah medio tahun 1980 - 1986. Ya.. di era "glory 80s" itu, saya melihat oom-oom saya berjingkrak-jingkrak ber-disko. Saya yakin bukan cuma saya saksi hidup yang pernah mengalami indahnya hidup dalam kerukunan keberagaman agama. Hanya saja bisa jadi mereka lupa atau terlupakan.

Sebelum era Reformasi, anak-anak sekolah masih mendapatkan mata pelajaran PMP atau Pendidikan Moral Pancasila. Sebuah mata pelajaran yang sering kami tuduh sebagai mata pelajaran cuci otaknya pemerintah ORBA. Bagaimana tidak, semua lapisan pejabat dan aparat pemerintahan ORBA selalu menggadang-gadang dan mengelu-elukan Pancasila. Seakan-akan negeri ini akan amburadul tanpa Pancasila.

Dari Pancasila lalu ada istilah "kerukunan beragama", ini topik yang rasa-rasanya rekan se-generasi SD saya mual mendengar istilah tersebut. Istilah yang menurut kami itu adalah omong kosong. Sebuah gagasan yang digunakan sebagai alasan untuk menguras anggaran negara saja. Mengapa demikian? ya karena pada kehidupan keseharian, kita tidak pernah terbayang yang namanya hidup tidak rukun dengan tetangga atau kerabat yang berbeda agama. Lantas kenapa pemerintah begitu parno? Jadinya kan seperti mengada-ada.

Saat kecil dulu, saya sering ikutan menjual buku isi khotbah Sholat Ied. Tidak cuma itu, teman saya yang nasrani pun ikut-ikutan membantu jualan buku tersebut semata-mata ikut seru-seruan aja. Begitu pun saat Idul Adha, pasti aja kami sok sibuk comot-comot daging kambing untuk kami bakar jadi sate. Saat natal, rasa-rasanya lumrah saya main ke rumah tetangga untuk melihat ayah teman saya memasang pohon terang. Saat diajak makan malam, mamanya langsung memisahkan makanan kami khawatir kami makan dari makanan yang non-halal. 

Malam Natal, malam Tahun Baru? Demi Allah.. saya tidak pernah itu melihat yang namanya polisi berjaga-jaga di depan gereja. Tidak pernah ada! Kalau pun ada penjagaan polisi itu karena menjaga dari kemacetan jalan dan para pemain petasan. Yak! jaman dulu masyarakat Indonesia hidup rukun dalam beragama tapi hidup kusut dengan petasan.. haha! Jangan heran soalnya petasan jaman dulu itu ledakannya bisa sampai bikin Bajaj terjungkal! Namanya petasan Teko.

Nah.. begitulah sekilas kehidupan kerukunan beragama yang pernah dialami oleh Indonesia. Hingga akhirnya saya masuk kuliah dan masih ada mata kuliah Agama. Saat itu dosen agama saya pun menekankan lagi agar kita umat beragama di Indonesia harus mampu menjaga kehidupan kerukunan beragama. OK kali ini saya tidak bisa taklid, saya sudah mahasiswa maka saya harus bertanya, ada apa sih dengan "kerukunan beragama"? Kenapa kalian begitu parno?

Dan... seketika saya terperangah dan terpana mendengar jawaban dosen agama saya saat itu. Yang intinya adalah: bahwa Indonesia adalah negara kaya yang wilayahnya besar, besar sekali.. kalau mau dibandingkan luas wilayahnya itu hampir sama dengan luas wilayah Amerika. Hanya saja seluas itu tersekat-sekat oleh lautan luas, bukan sekedar selat apalagi sungai. Dari hamparan wilayah yang luas tadi, Indonesia juga tersekat-sekat oleh keberagaman suku, ras, dan agama. Dalam situasi yang demikian, jelaslah bahwa negara kita ini cukup repot menjaganya. Termasuk rentan dengan yang namanya ANCAMAN.

Nah.. cara yang paling mudah dalam melakukan penghancuran negara ini adalah? yup! lakukan saja adu domba untuk memutuskan ikatan antar suku, ras, dan agama tadi, maka DIJAMIN akan tercerai berai. Kekuatan yang lahir dari kesatuan pun akan melemah dan saat itulah Indonesia mudah sekali hancur. Tidak perlu modal besar untuk menurunkan pasukan angkatan bersenjata, tidak perlu menurunkan alat-alat perang yang canggih, apalagi harus menjatuhkan bom atom. Cara mudah menaklukkan Indonesia adalah.. sebarkan saja fitnah. Maka, dengan tingkat pendidikan penduduknya yang tidak merata, akan mudah sekali fitnah tersebar dan tercerap. Mengapa demikian mudah? ya.. karena aslinya bangsa ini berawal dari pecahan-pecahan wilayah dan kerajaan yang kemudian DISATUKAN oleh konsep negara oleh para founding father kita, yang kemudian lahirlah Negara Kesatuan Republik Indonesia ini. Idealkah? entah.. saya pikir itu topik lain. Hanya saja yang saya anggap ideal adalah bagaimana PANCASILA nyata betul berhasil mempersatukan yang berbeda-beda tadi menjadi rukun dan berhasil mengikatkan kerukunan kehidupan beragama dan bersuku. Pancasila ini bukan produk ORBA, ia lahir sejak awal negera ini berdiri. Hanya saja, rezim ORBA memanfaatkan nama Pancasila ini untuk disalah gunakan.

Saat ini kita hidup di zaman reformasi. Zaman yang katanya merupakan masa nyata kehidupan berdemokrasi di Indonesia. Setiap warga berhak atas suara, pikiran, dan pendapatnya. Saya pikir memang demikian adanya. Kini saya melihat sendiri bagaimana setiap dari kita bisa dengan mudah menyampaikan gagasan, pikiran, dan pendapatnya. Jangan harap itu akan terjadi di zaman ORBA. Anda mungkin tidak akan di-bully seperti masa sekarang, tapi anda bisa diculik oleh aparat tak dikenal, atau tiba-tiba mayat anda ditemukan diselokan atau di pematang sawah.. piye? ndak enak tho?

Kini, saya mengalami kehidupan yang dulu ditakutkan oleh para guru dan dosen agama saya, yaitu kehidupan beragama yang riskan dalam kerukunan dan rentan dalam pergesekan. Kini.. gereja-gereja harus dijaga saat malam Natal, pergi Sholat Ied menjadi gelisah, bahkan sesama muslim pun kini saling mengintimidasi lewat keyakinan, ayat dan hukum-hukum agama Islam sendiri, aneh bukan? Kelompok Islam ini mengaku lebih berhak melakukan ini dibanding Islam yang itu, masyarakat Islam ini lebih paham dibanding dengan Islam yang itu. Sungguh sebuah ketakutan masa lalu yang kini menjadi kenyataan. Parno lainnya adalah.. rusaknya kerukunan kehidupan beragama ini sudah mengarah pada perpecahan bangsa. Indonesia yang selalu mengedepankan "kesatuan dan persatuan" nampaknya sudah di ujung tanduk. Para "penjahat gelap" negeri ini nampaknya sudah berada di ambang kemenangan, kemenangan dalam memecah belah persatuan Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun