Agak penasaran juga saat diundang untuk menghadiri acara yang diadakan oleh UNESCO dan UNICEF yang ingin mempelajari kesuksesan Indonesia bagaimana memanfaatkan teknologi dalam dunia pendidikan. Lho? serius PBB ingin belajar dari Indonesia? kok bisa? Apakah menggunakan AI juga?
Sistem dan kurikulum pendidikan di Indonesia, seperti yang kita tahu selalu dan masih menjadi pembahasan, diskusi, bahkan polemik di masyarakat. Hal tersebut menandakan bahwa urusan pendidikan ini masih menjadi perhatian dari banyak pihak, namun suka tidak suka waktu terus berlalu, ada jutaan anak dan pelajar yang lulus dan harus masuk lapangan pekerjaan atau perguruan tinggi. Dan cara-cara yang digunakan masih selalu sama yakni model top-down, dari atas ke bawah.
Namun "semesta" seolah memberikan angin baru, sejak Nadiem Makarim menjadi Mendikbud-Ristek tak lama beberapa bulan kemudian dunia pendidikan Indonesia dihantam pandemi. Mau tak mau Indonesia harus mengambil langkah taktis, praktis, namun harus juga sitematis, teknologi jadi salah satu kunci penyelamatnya. Kebetulan sekali kan? sang Menterinya adalah technopreuneur.
Maka langkah penanggulangan, perbaikan, dan percepatan diambil dengan cara yang berbeda bahkan radikal, yakni dengan model bottom-up - atau mengambil data-data (collecting & analyting data) yang ada di lapangan, user dari data ini adalah siswa, guru, kepala sekolah, bahkan kepala daerah.
Lantas, untuk menjawab sekian banyak masalah tadi dibutuhkan tools pendukung atau teknologi. Di sini lah peran Nadiem Makarim sebagi techpreuneur menahkodai kapal besar yang selama ini mengarungi lautan dengan ombak besar yang begitu sulit dilalui kapal besar pendidikan Indonesia, seketika begitu berani mengubah arah kapal yang membuat terkejut banyak penumpang, banyak pihak, pengamat, kepala sekolah, bahkan organisasi pendidikan.
Yang unik dan solusif menurut UNESCO dan UNICEF adalah bagaimana Nadiem tidak memaksakan teknologi digital ke siswa-siswi pelajarnya, namun justu masuk melalui guru-guru sebagai pengajar. Mengapa mulai dari guru? Ya karena bagaimana pun kualitas siswa-siswi bergantung dari kualitas gurunya juga, kualitas sekolahnya, kualitas kepala sekolahnya, bahkan kualitas kepala daerah, dan anggarannya. Jadi tidak bisa kulitas pendidikan Indonesia itu hanya diukur hanya dari kualitas dan hasil nilai siswanya saja.
Lewat teknologi digital, beban kerja seperti membuat perencanaan, materi pembelajaran, bahkan laporan, bisa dipotong dan meringankan para guru. Kinerja dan waktu guru pun akhirnya dapat lebih banyak untuk memberikan perhatian kepada siswa.
Tiga hari mengikuti acara kunjungan studi ini, saya jadi makin terbuka bagaimana intervensi teknologi itu harus digunakan dengan cara yang bijak. Indonesia punya cara yang bijak, kalau kata Mark West - Gateways Lead UNESCO, dia kaget pas melihat gambar-gambar tentang pendidikan di Indonesia kok bukan gambar anak-anak sekolah di depan laptop seperti yang banyak kita lihat di negara-negara lain? melainkan gambar guru-guru yang mengajar seperti biasa saja di kelas, lantas di mana teknologinya? Ternyata teknologinya ada di belakang, bukan di depan, seperti yang dia kira.
Dalam kegiatan studi ini, ada banyak sekali negara yang hadir dan ingin belajar dari Indonesia, kalau tidak salah ada 20an negara termasuk Finland yang terkenal sebagai negara dengan sistem pendidikan yang terdepan. Kemendikbud-Ristek sebagai tuan rumah acara ini tak henti-henti diberikan pujian dan tepuk tangan. Jujur saja saya pun kaget dan kagum juga saat tahu bahwa selama ini ada teknologi canggih di balik layar pendidikan Indonesia, yang begitu powerfull membantu kerja para guru, kepala sekolah, kepala daerah, bahkan orang tua, dalam membantu pengajaran ke siswa sampai monitoring kinerja siswa. Keren kan? :D
Semoga ini menjadi arah baru yang tepat perjalanan pendidikan Indonesia di era siswa-siswa yang digital-native, yang berubah serba cepat, bergerak serba cepat, bahkan harus lincah dalam manuver-manuver yang sulit (agile).
Nah.. lantas.. bagaimana dengan AI ? hehehe.. ini dia yang seru!
Nantikan dilaporan saya selanjutnya ya..